Minggu, 31 Desember 2017

Pemberian



Naik motor. Hal itu yang terbersit di kepala ketika saya harus berjalan lumayan jauh untuk ke tempat kerja. Berjalan kaki dari lorong rumah lalu lanjut naik angkutan umum, lalu kemudian turun di ujung lorong dan berjalan kaki lumayan jauh ke sebuah sekolah tempat saya bekerja. Hal itu saya lakukan setiap hari, meski melelahkan, saya tidak mengatakan atau berkeluh kesah kepada orang tua. Ketika sudah bekerja, saya beranggapan akan membiayai diri sendiri, mulai mandiri.

Harapan terbesar saya selain jadi anak solehah untuk orang tua, paling tidak saya memberikan sesuatu untuk membahagiakan mereka. Hal yang paling ingin saya wujudkan adalah, memberi mobil ke bapak dan kemudian berangkat haji sekeluarga. Aamiin...


Seperti hari-hari biasa, pagi hari saya berangkat bekerja ke sekolah, dan baru pulang sore harinya. Di depan rumah sebuah motor terparkir. Pasti ada tamu, pikir saya. Sambil masuk ke rumah saya mengucapkan salam. Ibu langsung memanggil saya untuk duduk di sebelahnya dan langsung menyodorkan brosur yang berisi gambar-gambar motor Honda beserta daftar pembayarannya. Wajah terkejut saya terbaca oleh ibu. " Itu motor buat kamu, jadi pilih saja". Rasanya tidak percaya, dan merasa sungkan pada orang tua. Sudah sebesar ini masih saja diberikan fasilitas, yang harusnya saya beli sendiri.

Akhirnya, saya memilih Honda Beat warna biru. Sudah lama motor ini saya idamkan. Tepatnya saat kelas dua SMA. Saat itu saya melihat seorang guru mengendarai motor Beat berwarna kuning. Saya suka dengan bentuknya yang slim, suaranya yang tak bising dan juga hemat bensin. Hehehe...

                                         Hasil gambar untuk honda beat 2015 biru
                                                               Pic dari www.google.com

Motor ini masih saya pakai hingga sekarang, selain dibersihkan perawatan rutin juga perlu. Semoga motor ini tetap awet ya. Hehe

Semoga motor pemberian orang tua ini bisa saya balas mobil. Insya allah. Meski sudah berkeluarga saya tetap mengingat kata-kata saya ke Bapak. Waktu itu saya habis wisuda, dan kami menaiki mobil bekas yang bapak beli beberapa bulan lalu. Ibu saat itu tidak jadi ikut karena harus dirawat di rumah sakit. Bapak sebenarnya sedikit cemas membawa mobil itu . Takut kalau mogok katanya. Hehehe... Tapi, sehari sebelum kami berangkat ke tempat wisuda bapak memeriksa setiap bagian dari mobil itu. Alhamdulillah berangkat dan pulangnya kami dari tempat wisuda yang lumayan jauh , berjalan tanpa drama si mobil.

Iseng, saya bertanya ke bapak mengenai mobil yang beliau mau jika saya bisa membelikan untuknya. Beliau menjawab, " Avanza saja". Ya, mobil ini dikenal sebagai mobil keluarga yang penggunanya lumayan banyak. Saya tersenyum dan berjanji mengingat hal itu. Semoga suatu hari nanti atau melalui lomba ini saya bisa menghadiahkan sebuah mobil juga buat bapak dan ibu. aamiin...

Kalau diingat kembali, Avanza ini juga sering saya gunakan. Tapi bukan mobil milik saya. Hehe… Waktu itu selalu nebeng dengan teman perempuan yang kebetulan lewat depan rumah ketika kuliah. Dan kebetulan kami juga satu jurusan meski beda kelas.  

Selamat 60 tahun Astra, keberadaanmu jadi bagian cerita kehidupanku. Termasuk menjadi perantara pemberian dari orang tua dan juga menjadi perantara kendaraan yang membantuku dalam keseharian. Semoga makin sukses, tetap berjaya dan tetap memberikan yang terbaik untuk keluarga Indonesia.

Akhir tahun, di pagi yang cerah
31 Desember 2017

Selasa, 12 Desember 2017

Kisah Tentang Rupiah

                                           
Rupiah, mata uang yang setia menemanimu dikala belanja. Rupiah juga setia menunggu dalam dompet yang kamu bawa. Pun, rupiah adalah perantara untukmu mendapatkan cita yang kamu damba. Mulai dari kamu lahir hingga di hari senja, rupiah menjadi bilangan perantara yang akan memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Mencintai rupiah adalah bagian dari kecintaan terhadap Indonesia. Mata uang yang kita usahakan keberadaannya sendiri dan dipertahankan hingga kini. Tidakkah kamu merasa bangga akan itu? Aku menghargai keberadaan rupiah. Meski kadang dalam beberapa keadaan ia bisa saja tak hadir sama sekali. Awalnya saya begitu menyia-nyiakannya sebab menurutku rupiah itu gampang didapat, tapi pada kenyataannya orang tuaku cukup bersusah payah untuk mencukupkan rupiah yang kami gunakan sehari-hari. Lalu, pada akhirnya tumbuh kesadaran bagiku untuk mencintai rupiah dengan menyimpan sebaik-baiknya, menyatukan ketika ada yang sobek, lalu menabung uang receh yang ada. 

Orang tuaku telah berdagang selama 20 tahun di toko kecil kami di depan rumah. Kami menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari, mulai dari makanan, bumbu dapur dan lainnya. Suatu ketika, seorang pembeli datang dengan membawa pecahan lima ribu rupiah ke toko kami, dengan keadaan digulung. Lima ribu rupiah itu nampak lusuh dalam genggaman tangannya. Selesai si pembeli ini memilih barang yang diinginkan ia kemudian memberikan uang tersebut. Tanpa memeriksanya saya langsung memasukkan ke tempat rupiah yang dikumpulkan ibu. Saat itu saya sedang terburu-buru dan akhirnya kurang memperhatikan. Tak lama ibu yang beraa di toko memanggil saya. Beliau mengatakan jika ada uang lima ribu yang sobek dan hanya sebelahnya saja. Aku memperhatikan uang itu dan benar saja itu adalah lima ribu rupiah yang saya terima tadi. Saya kemudian meminta maaf pada ibu karena tidak memeriksa uang itu sebelumnya. Ibu hanya mengingatkan agar saya lebih teliti lagi. Hemm… ada ya orang yang tega berbuat begitu. Gunakan rupiah sebaik-baiknya dan jangan buat ia menjadi alat untukmu menipu orang lain. 
 
Pernah juga saat SMA, sepulang sekolah, dompet yang ku bawa ternyata jatuh di tengah jalan saat berjalan mencari angkutan umum. Saat ada angkutan umum yang datang saya langsung naik bersama beberapa teman dan seorang guru. Di perjalanan seperti biasa saya sibuk mengobrol bersama teman di sebelah saya. Lalu, saat dekat dari lorong rumah, saya sibuk memeriksa tas untuk mengambil uang dalam dompet. Supir yang mengetahui dimana saya turun, kemudian memberhentikan kendaraannya di depan lorong. Saya yang kehilangan dompet hanya menjelaskan jika dompet saya hilang dan saya tidak dapat membayar. Saat inilah mimpi tentang turun hujan rupiah dari langit saya harapkan terjadi. Tapi belum selesai dengan penjelasan yang saya sampaikan, ibu guru yang duduk di dekat supir langsung mengatakan kalau beliau yang akan membayarkan ongkosnya. Rasanya ingin melompat, saya sungguh berterima kasih. Saya berjanji akan mengganti tapi beliau menolaknya.

Hal yang membahagiakan tentang saya dan rupiah adalah ketika saya menerima gaji pertama. Saya memberikan semuanya pada ibu. Rasanya bahagia bisa memberikan sejumlah rupiah pada orang tua meski tak banyak. Lalu, di hari-hari berikutnya, rupiah yang saya dapatkan dari bekerja sebagai operator sekolah bisa saya bagi ke adik- adik. Untuk mereka jajan atau membantu membeli peralatan sekolah. 

Hari-hari berikutnya ketika kini telah berumah tangga dan menjadi seorang ibu. Saya harus mampu mengatur rupiah yang diberikan suami maupun yang saya dapatkan dari pekerjaan saya sebagai pengajar. 

Dan pada akhirnya, saat memiliki rupiah, bijaklah menggunakannya. Berbagilah jika kamu memilikinya dalam jumlah lebih. Lalu, jangan disalahgunakan jika memang tidak dapat lagi digunakan untuk alat transaksi. Hal itu akan sangat merugikan orang lain. Aku cinta rupiah dan berharap dapat berbagi bagi yang benar-benar membutuhkan kehadirannya. Bersyukurlah dengan keberadaan rupiah yang dititipkan Allah padamu kini. ^_^

Kawazoe (Tina)
Maros, 12 Desember 2017

#cintarupiah #berbagirupiah



Amanah yang Kedua

Lama tak menjumpaimu blog. Belakangan aku sibuk dengan tugas utamaku sebagai ibu dua anak. Tugasku kini bertambah, seiring dengan umurk...