Sepakat, kini kau menjagaku lewat jarak
Menyemai percaya lewat do'a
Ah, kadang aku terlewat
Padahal kau sudah berusaha memagari
Terima kasih,
Sisanya bisa kau tagih nanti
Sekat-sekat itu masih ada rupanya
Namun, terima kasih, kau membukanya sedikit untuk aku ketahui
Hei, mungkin aku terlalu lancang?
Aku memang aneh
Mencintaiku pun mungkin akan merasa aneh
Tapi tidakkah nyaman memiliki ruang untuk kesamaan ?
Aku menantikan ceritamu
Di ruang kesamaan atau perbedaan pandangan yang kita miliki
Atau aku harus meminta bantuan
Ah, aku belum bisa melibatkan yang lain selain Tuhan
Mungkin baiknya begitu, biarkan kau memahaminya
Tetapi, selalu, terima kasih
^_^
Rabu, 24 Desember 2014
Mama
Pagi ini dengan wajah yang masih sama-sama asli bangun tidur
Ma, maafkan putrimu, masa kini, aku belumlah laik dikata anak berbakti.
Ma, maafkan putrimu, masa kini, aku belumlah mampu mengabulkan keinginanmu
Ma, kadang pula selisih pendapat antara kita membuat kata-kata terasa janggal terucap seperti biasa
Namun, takkan lama kita kembali bertukar pandangan
Ya, itu tentang kehidupan, masa lalu yang jadi pelajaran, masa kini tempatmu berdiam, dan masa depan yang ingin kau pandang bersama anak dan cucu
Do'akan aku Ma, kelak, insya Allah, aku akan memiliki profesi yang sama denganmu kini... ^_^
Dan tentu saja, setiap hari adalah hari untuk Mama
* inspirasi tulisan ini http://yayujapan.wordpress.com/2013/02/28/profesi-saya/
Rumah, 22 Desember 2014
Eh, tapi Mama, bangun lebih dulu ketimbang aku
"Ma, selamat ulang tahun, barakallah "
Ucapan untuk beliau kali ini diikuti dekapan dariku juga dengan cipika-cipiki alias cium pipi kanan dan kiri. Ma, udah wudhu kok , jadi wajahku dijamin bersih ^_^
Ma, maafkan putrimu, masa kini, aku belumlah laik dikata anak berbakti.
Ma, maafkan putrimu, masa kini, aku belumlah mampu mengabulkan keinginanmu
Ma, kadang pula selisih pendapat antara kita membuat kata-kata terasa janggal terucap seperti biasa
Namun, takkan lama kita kembali bertukar pandangan
Ya, itu tentang kehidupan, masa lalu yang jadi pelajaran, masa kini tempatmu berdiam, dan masa depan yang ingin kau pandang bersama anak dan cucu
Do'akan aku Ma, kelak, insya Allah, aku akan memiliki profesi yang sama denganmu kini... ^_^
Dan tentu saja, setiap hari adalah hari untuk Mama
* inspirasi tulisan ini http://yayujapan.wordpress.com/2013/02/28/profesi-saya/
Rumah, 22 Desember 2014
Sabtu, 06 Desember 2014
Kenalan dengan Diri
Aku bukan gadis cantik yang pandai berdandan , modalku adalah wajah yang dianugerahi Tuhan sesuai dengan takaran keadilan
Menurutku, wanita itu memiliki kecantikannya masing-masing, dan jika tak cantik bukan wanita namanya tetapi lelaki :D
Aku bukan perencana yang baik , rata-rata aku menentukan sikap jika telah terdesak dan dekat dengan batas waktu. Aku wanita spontan yang terbilang aneh dengan ide menggelikan bertengger di kepala. Semisal mengajakmu menatap bintang dari atap kokoh yang menumpu kita berdua
Aku juga masih tergila-gila dengan nostalgia masa kecil. Tak jarang aku berpikir mengulangnya lagi denganmu. Uh, tapi tidak untuk diary bergembok milikku
Hei, aku tergolong pelajar pemula dalam urusan rumah tangga. Bantu ibu memasak sekalian mengikuti resep turun temurun. Katanya resep terbaik masakan itu adalah menambahkan takaran kasih sayang dan cinta. Niat baik untuk meraih pahala lewat masakan lezat untuk dinikmati keluarga.
Teladan dari Rasulku menjadi pusat pembelajaran bagiku untuk dekat dengan Robb Pencipta semesta yang kupijak. Pun aku masih pemula, mengejar ketertinggalanku akan hal-hal yang mestinya aku pun harus paham.
Ah, diriku, apa kita sudah kenalan lebih jauh. Kadang kamu tahu aku tak pandai menjabarkan apa maumu. Penilaian tentangmu pun lewat teman-teman yang kenal dirimu dari dulu
Ah, diriku, aku senang denganmu apapun itu, bersyukur atas apa yang aku miliki kepada Robb Pencipta. Aku takkan bisa jatuh hati jika kemudian tak jatuh hati padamu dulu.
* Heningnya suasana malam ini di desa, mengantarku menatap diri lamat-lamat, sudah 20-an tahun masih belum kenalan lebih lanjut dengan diri sendiri.
Sabtu, 29 November 2014
Maha Mengatur
Waktu yang misteri dibalik kekuasaan yang Maha Mengatur
Menderetkan tiap kejadian atas manusia
Menentukan arah langkah
Akankah menghadapi atau malah menikung ke arah lain
Tak ada pertemuan jika tak digariskan
Sejatinya hidup kita telah teratur demikian
Pun perpisahan yang tak diminta
Meski bergolak tak setuju
Ianya takkan menyatu, bilamana tak sejalan takdir
Ujung dari ikhtiar adalah do'a
Terkabul tidaknya itu urusan yang Maha Mengatur
Aku, kau, kita , tak lain adalah penghuni sementara hidup ini
Apa yang kita punya?
Bahkan ruh ini saja sudah beruntung masih terikat dengan tubuh
Terima kasih senantiasa mengingatkan
Kadang kala aku pun luput akan persiapan
Kau tahu?
Ia adalah jodoh yang datang tak disangka, kematian
Penyambung pertemuan dengan yang Maha Mengatur, jikalau ridho-Nya telah diterima
Menderetkan tiap kejadian atas manusia
Menentukan arah langkah
Akankah menghadapi atau malah menikung ke arah lain
Tak ada pertemuan jika tak digariskan
Sejatinya hidup kita telah teratur demikian
Pun perpisahan yang tak diminta
Meski bergolak tak setuju
Ianya takkan menyatu, bilamana tak sejalan takdir
Ujung dari ikhtiar adalah do'a
Terkabul tidaknya itu urusan yang Maha Mengatur
Aku, kau, kita , tak lain adalah penghuni sementara hidup ini
Apa yang kita punya?
Bahkan ruh ini saja sudah beruntung masih terikat dengan tubuh
Terima kasih senantiasa mengingatkan
Kadang kala aku pun luput akan persiapan
Kau tahu?
Ia adalah jodoh yang datang tak disangka, kematian
Penyambung pertemuan dengan yang Maha Mengatur, jikalau ridho-Nya telah diterima
Minggu, 23 November 2014
Hei, Ini Hujan
Hujan, seperti laiknya waktu-waktu, ia menyimpan kesan di tiap individu
Pengibaratan akan ia pun berbeda dari tiap sudut pandang
Bilamana berbahagia, kali itu mungkin ada memori tak terlupa
Bisa jadi saat kau mengenang yang terkasih,
Atau mungkin saat pisang goreng berdampingan dengan teh buatan Mama
Ah, melengkapi suasana tentunya
Di situ pun letaknya do'a ijabah
Hei, katanya gantungkan saja salam rindu itu di langit ,
Biar subur diguyur hujan sebelum menapak tanah.
Atau sampaikan lewat do'a, semoga membawamu makin dekat kepada-Nya
Tak patut diungkap-ungkap
Diungkit-ungkit , atau dingat-ingat, belum saatnya
Kau tahu ? Semua ada waktunya
Sebagaimana langit ditutup awan berpadu hujan dan matahari malu-malu bersinar dari kejauhan
Semua ada waktunya
Pun jika keduanya ingin beriringan membingkai pelangi se-ia sekata
Indah bukan ? ^_^
Maros, 23 November 2014
Sekedar Celoteh : Ah, kalian ^_^
Assalamu'alaikum...
Salam ini yang mengawali perkenalan kita beberapa tahun lalu gadis-gadis
Pada fakultas yang menjadi tempat menimba ilmu dan dalam kelas-kelas yang berderet dan kita masuki satu-satu sesuai jadwal
Ah, mengenang itu, tahukan sebesar apa rinduku
Meski kadang kala ada keluh yang kita utarakan karena hal yang dianggap tak seiya dengan keinginan kita
Namanya juga manusia , atau hanya aku saja yang merasa
Selalu saja wanti-wanti agar bersyukur karena bisa menempuh pendidikan sejauh ini, datang dari salah satu di antara kita.
Momen di masjid terapung Makassar, abis tu foto lagi kite.. ~_~ |
Penjurusan minat membuatku lebih mendalami sastra bersama si mbak penyatu keluarga ( hehehe .. si peace maker, mbak Iphe )
Habis proposal >_< |
Lalu, linguistik (bahasa) menjadi pilihan dari kalian, yang bisa saya bilang, top dah kalau masalah pendalaman bahasa asing yang sama kita minati.
Kangen ( karena kata ini lebih spesifik ke kalian ...*ulala.. gombal ) dengan diskusi dengan kalian, mengerjakan tugas yang kadang saya harus menyulitkan si ibu yang kita anggap lebih dewasa dalam pendalaman grammar *jiiaah, saya paham perasaanmu, Wi, saranghae chingu ya~.
Selepas kaligrafi di kelas bahasa Korea , kangen momen ini ~_~ |
Obrolan modis seputar wanita, kita konsultasikan dengan si mbak Fany. Masalah hati, hohoho, jangan salah, pemberi nasehat sejati ^_^V
Hihihi... zaman Maba .. tetep aja nih mbak berdua yang paling kece ... ^_^ |
Si mbak Yanti, yang always smile anywhere, dan kadang kala dia ke somewhere.. (hehehe..peace ^^V ). Oya, kapan kita pake yukata lagi .... >_<
Yanti, Me , and yukata, saya kirim salam kalau sudah ada di Jepang ya mbak ^_~ |
Jangan lupa dengan si penceria suasana , dan teman klop saya kalau soal drama *Imuuut.... Kyu Hyun apa kabar ? >_<.
Satu gaya, huwaaa.. Imut kangen binggo ~_~ |
Adalagi, mbak kalem dan pengingat, "yuk, tarbiyah", Mey *Ukh, semoga kelak saya bisa ke Banggai, memenuhi undangan itu mungkin... hihihi.
Habis berjuang sama-sama , kangen dinasehati ukhti yang satu ini , kabari kalau bang Borno udah ada ya.. ^_^ |
Eh, juga cik gu kita tercinta, Syarah, yang tak nampak pun belakangan ni tersebab sibuk ~_~
Makin tahun makin berkurang aja, hari ini hanya bertiga bareng ibu penyatu suasana dan si mbak modis kite |
Meski makin sedikit saja yang sempat bersua tiap tahun, jangan lupa kirim kabar kalau kalian akan menempuh jenjang baru, ehem.. menikah misalnya.. ^_^
Jadi, kalau bertemu lagi, bawa keluarga masing-masing * hihihi.... ;)
Cerita-cerita hari ini, kita bawa pulang dulu, semoga Allah masih memberi kesempatan mengumpulkan kita dalam paket lengkap ^_^ *aamiin
Bersyukurlah aku dengan kehadiran kalian, setidaknya membuat saya semakin sadar kalau saya jelas makhluk sosial yang tak ingin sendiri. Meski tanggung jawab untuk hari kemarin, hari ini dan seterusnya adalah milik masing-masing, tetapi do'a-do'a itu bolehlah kita bagi-bagikan. Tetap berbahagia dan berbagi kabar, juga jalinan ini, semoga terjaga dan diridhoi Allah.
Oh, ya, mbak modis hari ini selamat menua, *hihihi..peace, semoga berkah tercurah untukmu, dan semoga segera bertemu pendamping setia. Aamiin.. ^_^
Menuliskan ini sebelum aku tertidur, mengingat-ingat kenangan dan keajaiban ketika kita dikumpulkan ... hahaha.. rada berlebihan aku. Ingin tahu bagaimana sih kalian melihatku dari awal bertemu hingga kini, saat kita punya jalan hidup yang beda- beda.
Hei... daisuki dayo~
Hei... daisuki dayo~
Sayang kalian *big hug ukhti ^_~
Maros, 22 November 2014
Rabu, 12 November 2014
Bapakku
Katanya hari ini adalah hari spesial untukmu. Orang-orang di belahan dunia sedang mengagendakan hari spesial dengan Ayahnya hari ini. Tapi, bagiku, setiap hari adalah hari spesial untuk Bapak. Jika panggilan Ayah itu keren bagi orang lain, bagiku Bapak adalah panggilan keren khusus dariku sejak aku belum mampu mengeja.
Pak, saya berterima kasih,
Untuk penerimaan tulus atas putrimu yang banyak kurangnya ini
Pak, saya berterima kasih,
Untuk kasih dan sayang yang tak terhingga
Pak, saya berterima kasih
Untuk kecemasan yang kadang membuatmu harus menunggu depan rumah
Putrimu ini cukup bandel, sibuk dengan dunianya , lalu membuatmu pusing ketika pulang telat dengan berbagai alasan
Bapak, kini aku juga merasakan kesulitanmu kala bekerja
Ya, pekerjaan kantoran yang dalam imajinasiku cukup mengesankan, ternyata sulit juga
Tetapi, pesanmu padaku, bersabar adalah kunci menjalani kehidupan ini
Tak ada yang instan, semua harus diperjuangkan
Pak, tak mampu aku melukiskan rasa terima kasihku
Pun untuk Mama, hanya Allah Yang Maha Mengetahui yang mampu membalas segalanya
Kebahagiaan untukmu Bapak pun Mama, semoga keberkahan melimpah kepada keluarga ini, sehingga kelak Jannah adalah tempat kita berkumpul lagi
Rumah, 12 November 2014
Selasa, 11 November 2014
Sekedar Celoteh : Kunjungan kalian
Bilamana aku kaitkan satu dengan yang lain
Aku menemukan kata penghubung silaturahmi di sana
Menghabiskan waktu sore di beranda rumah
Seraya kemudian bercerita tentang kisah yang tak usai
Teh suguhan orang rumah mengisi dialog antara aku dan kalian
Kue cokelat buatanku, apakah rasanya enak kawan?
Maafkan jika masih tak laik di lidah kalian
Maklum aku baru belajar
Senyum, air mata dan kata-kata pembangkit semangat
Terima kasih telah kau bagikan padaku
Sore itu di beranda rumah
Dengan teh yang disandingkan dengan pisang goreng buatan Mama
Rasanya lebih enak rupanya
Aih, aku simpan saja kue cokelat buatanku
Kelak akan aku buat lebih apik dan enak
Rasanya lucu membicarakan perihal hidup kita ke depan
Antara kita telah ada yang menanam bunga bahagia di kepala
Antara kita telah ada yang bijak menata diri dan bagai seorang Bunda bagi yang lain
Pun antara kita telah ada yang belajar sebelum hidupnya digenapkan seorang lelaki
Aih, cerita-cerita ini bahkan tak habis kita pangkas hingga pukul tiga pagi
Tak ada yang mengetahui ajal, hidup dan jodoh pertemuan kita selepas kini
Setidaknya berbagi bahagia, sedih dan beban berat pundakmu bisa kita lakukan hari ini
Pun berbagi makanan dalam piring yang sama beserta lauk sederhana
Tak apa setidaknya ini buatan tangan kita masing-masing
Dengan rasa yang campur aduk
Lalu, perpisahan , ah, kalian tahu aku sulit pisah
Namun , tentu aku harus mengalahkan kerakusan akan waktu kalian bersamaku
Hei, kini hujan mengiringi kepulangan kalian di tempat masing-masing sore ini
Berhati-hatilah, pun jika tertakdir kita akan berjumpa aku takkan sungkan mendengar cerita baru kalian untukku
*Persahabatan didasari cinta Allah, moga tak lekang dan hanya menjadi sekedar kata. Terima kasih doa kalian, pun doaku yang terbaik untuk kalian. Sampai bertemu lagi, Sobat ^_^
Kunjungan Sahabat ... Ya ,.. itu kamu.. ya.. kamu juga,..eh..eh.. kamu juga .. ( 8 - 9 November 2014)
Rumah , 11 November 2014
Aku menemukan kata penghubung silaturahmi di sana
Menghabiskan waktu sore di beranda rumah
Seraya kemudian bercerita tentang kisah yang tak usai
Teh suguhan orang rumah mengisi dialog antara aku dan kalian
Kue cokelat buatanku, apakah rasanya enak kawan?
Maafkan jika masih tak laik di lidah kalian
Maklum aku baru belajar
Senyum, air mata dan kata-kata pembangkit semangat
Terima kasih telah kau bagikan padaku
Sore itu di beranda rumah
Dengan teh yang disandingkan dengan pisang goreng buatan Mama
Rasanya lebih enak rupanya
Aih, aku simpan saja kue cokelat buatanku
Kelak akan aku buat lebih apik dan enak
Rasanya lucu membicarakan perihal hidup kita ke depan
Antara kita telah ada yang menanam bunga bahagia di kepala
Antara kita telah ada yang bijak menata diri dan bagai seorang Bunda bagi yang lain
Pun antara kita telah ada yang belajar sebelum hidupnya digenapkan seorang lelaki
Aih, cerita-cerita ini bahkan tak habis kita pangkas hingga pukul tiga pagi
Tak ada yang mengetahui ajal, hidup dan jodoh pertemuan kita selepas kini
Setidaknya berbagi bahagia, sedih dan beban berat pundakmu bisa kita lakukan hari ini
Pun berbagi makanan dalam piring yang sama beserta lauk sederhana
Tak apa setidaknya ini buatan tangan kita masing-masing
Dengan rasa yang campur aduk
Lalu, perpisahan , ah, kalian tahu aku sulit pisah
Namun , tentu aku harus mengalahkan kerakusan akan waktu kalian bersamaku
Hei, kini hujan mengiringi kepulangan kalian di tempat masing-masing sore ini
Berhati-hatilah, pun jika tertakdir kita akan berjumpa aku takkan sungkan mendengar cerita baru kalian untukku
*Persahabatan didasari cinta Allah, moga tak lekang dan hanya menjadi sekedar kata. Terima kasih doa kalian, pun doaku yang terbaik untuk kalian. Sampai bertemu lagi, Sobat ^_^
Kunjungan Sahabat ... Ya ,.. itu kamu.. ya.. kamu juga,..eh..eh.. kamu juga .. ( 8 - 9 November 2014)
Rumah , 11 November 2014
Sekedar Celoteh : Kepayahan
Terkadang kepayahan membuat berpikir ulang.
"Haruskah hal ini kau lakukan?" Sejenak kalimat itulah yang muncul di pikiran
Mendendangkan asaku lewat melodi yang aku tuangkan sekena hati
Mendengar riuh kata orang tentangmu yang bisa jadi tetap misteri
Ah, itu pikiran yang berputar-putar di kepalaku
Tak tega, pun aku berpikir demikian
Usaha dan do'a menjadi pelipur lelah yang kau tempa hari ini
Jejakmu kian jelas, menyelisihi keraguan yang samar menghampiri
Kataku yang tak jelas
Mataku yang tak dapat menangkap sosok
Semoga lelahmu terbayar
Berganti bahagia yang kau cari dan perjuangkan
Apakah bisa jadi itu denganku ?
*berpikir aneh diujung hari kali ini -_-
"Haruskah hal ini kau lakukan?" Sejenak kalimat itulah yang muncul di pikiran
Mendendangkan asaku lewat melodi yang aku tuangkan sekena hati
Mendengar riuh kata orang tentangmu yang bisa jadi tetap misteri
Ah, itu pikiran yang berputar-putar di kepalaku
Tak tega, pun aku berpikir demikian
Usaha dan do'a menjadi pelipur lelah yang kau tempa hari ini
Jejakmu kian jelas, menyelisihi keraguan yang samar menghampiri
Kataku yang tak jelas
Mataku yang tak dapat menangkap sosok
Semoga lelahmu terbayar
Berganti bahagia yang kau cari dan perjuangkan
Apakah bisa jadi itu denganku ?
*berpikir aneh diujung hari kali ini -_-
Kamis, 06 November 2014
Sekedar Celoteh : Dekat
Kau
tahu? Sebagai anak perempuan yang disuguhi kisah Cinderella semasa kanak,
dimasa mendewasa sebagai seorang gadis, aku ingin mendapatkan pangeran setia
yang menerima keadaanku. Memahami, kalau saja hidup tak selamanya berbahagia
namun saling membahagiakan.
Kau
tahu? Sebagai anak perempuan yang hidup dengan aturan ketat dari orang tua,
kelak ketika mendewasa sebagai seorang gadis, aku ingin menemukan pria yang
akan membawaku mengenal hal diluaran. Bersamanya, orangtuaku takkan khawatir
berlebihan. Bersamanya, aku takkan tertipu arah jalan yang ditunjukkan orang
lain. Bersamanya, aku takkan kehilangan, ia menggenggam jemariku erat,
membuatku merasa aman dan terjaga. Ia mampu membuatku percaya, cinta tak
sekedar manis terucap di lidah tetapi sebuah tindakan dan perencanaan serius
dengan mengharap ridho-Nya.
Kau
tahu ? Sebagai anak perempuan, aku bukanlah berasal dari garis keturunan
bangsawan. Tetapi tahukah kau? Keluarga, adalah kekayaan yang tak ada tandingan.
Kau akan tahu rasanya jika kelak ada perpisahan. Bayangan mereka menunggumu di
kediaman , gonta-ganti dalam pikiran.
Kau
tahu ? sebagai seorang anak sulung perempuan, Ayah adalah orang yang
menanggungku, Ibu adalah orang yang mendidikku, saudara-saudariku adalah
penyemangatku, aku memiliki tanggung jawab sebagai anak yang berbakti dan
membanggakan, juga sebagai saudari yang menjadi contoh dan panutan adik-adik
kesayangan.
Kau
tahu ? Aku. Seorang anak perempuan sulung di keluargaku, seorang gadis dalam
alur mendewasa, orang biasa dalam ranah hidupnya, berusaha memaknai kau.
Kau,
dalam rerintik hujan yang membasahi tempatku berdiri. Kau, yang asing, namun
sedia berbagi sedikit cerita dalam duniamu, kadang pula diam kau jadikan alasan
untuk sesuatu yang mesti aku pahami sendiri. Kau, yang membuatku iri dengan
kepandaian mengolah rasa dan logika. Kau, takkan cukup aku memaknaimu, selama
jarak itu masih belum terukur dengan kata dekat. Namun, dekat itu sebenarnya
terjalin lewat do’a-do’a yang terhatur tulus.
Senin, 03 November 2014
Sekedar Celoteh : Percaya
Percaya akan menjagamu dalam jarak yang tak dapat aku lampaui
Percaya akan membuatmu kuat dalam perjuangan
Percaya akan tetap merekatkan hubungan meski tak dapat saling menyapa
Percaya, kini aku letakkan ia pada sabar dalam waktu-waktu
Waktu dimana tak ada kata dekat, berhadapan, maupun sapa
Sejak itu, percaya, telah aku sandangkan padamu meski jarak kian bertambah
Percaya, kata kunci saat penyatuan itu terjadi
Percaya, saat masa nanti akhirat kita dikumpulkan lagi.
Percaya akan membuatmu kuat dalam perjuangan
Percaya akan tetap merekatkan hubungan meski tak dapat saling menyapa
Percaya, kini aku letakkan ia pada sabar dalam waktu-waktu
Waktu dimana tak ada kata dekat, berhadapan, maupun sapa
Sejak itu, percaya, telah aku sandangkan padamu meski jarak kian bertambah
Percaya, kata kunci saat penyatuan itu terjadi
Percaya, saat masa nanti akhirat kita dikumpulkan lagi.
Seorang teman menceritakan kembali kata-kata yang didapatkannya lewat buku yang pernah ia baca. Ia menyampaikannya padaku seperti ini : Menikah, seperti bentuk penghambaanmu pada suami, untuk itu tempatkanlah kehormatanmu pada ia yang tepat engkau berikan.
Ya, menurutku jelas, kedua insan yang disatukan adalah orang asing yang dipertemukan dengan takdir Allah. Mereka saling mengenal juga saling melengkapi. Istri yang bersedia mengurus keluarga, juga Suami yang sedia mencari nafkah.
Ada pula yang mengatakan, pertengkaran yang membuat kalian meyatu kembali adalah lebih baik ketimbang diam yang kemudian memisahkan. Kemarahan bisa jadi tanda sayang, bentuk perhatian, pun juga cemburu yang dimaknai sebagai tanda cinta *ciee...
Lalu, kemudian ada lagi, percaya, di saat ada banyak keraguan dan rasa was-was. Untuk pelengkap terbaik, tiada yang lain selain do'a. Tidak ada satupun hal yang terjadi selain dari kehendak Sang Maha Pengasih.
*suasana senja plus langit mendung dan angin sepoi-sepoi mengiringi tulisan ini.. hihihi... lalu kemudian mengalun ~ Teman Hidup oleh Tulus ~ ^_^
Rumah, 3 November 2014
Hi November !
Bulan baru dan serangkaian mimpi yang aku miliki
Mungkin agak suram ya, tetapi awal bulan kali ini, satu mimpi yang aku usahakan terwujud mandeg di tengah jalan. Mungkin bukan tengah jalan lagi, tapi udah di penghujung jalan. Hehehe..
Seperti apa yang Bapak dan Ibu utarakan " Jika memang jodoh dengan pekerjaan itu, insya Allah akan dapat juga kok"
Seperti biasa saya hanya senyum-senyum, dan komat-kamit (berdo'a dan mengamini berkali-kali). Bahkan untuk urusan kerja pun, nyelip kata jodoh di dalamnya ... *istilah sekarang ngenanya tuh di sini (nunjuk hati)
Hidup memang tidak ada yang bisa menduga. Seperti juga hati manusia. Jadi jalani saja dengan usaha dan do'a, mengharap ridho Allah. Mengharapkan yang tidak "ngeh" dengan perasaanmu mulai paham. Pekerjaan yang kamu idamkan bisa dekat-dekat dengan pencapaianmu. Lalu, catatan impian dalam buku diary bergembok milikmu bisa tercapai satu-satu *eh... apa ada yang masih punya? hehehe
Katanya hidup jangan serius terus, yang jelas tetap di jalan yang lurus. Istiqomah mengembangkan diri di jalan yang Allah ridhoi. Memperbaiki diri untuk menjadi insan berbudi, bisa diandalkan keluarga, pasangan, orang-orang sekitaran kita, kalau perlu seluruh dunia *tsaa
November, dengan segala kebaikan-kebaikan yang ditawarkannya, juga kesempatan-kesempatan yang ada dihadapan, Yosh ! Ganbatte kudasai ~ ^_^9
Rumah
Pernahkah kau membayangkan
rumah tempatmu melabuhkan asa dan menghabiskan waktu tua?
Ia tak tampak sebagaimana
adanya, namun kau sudah merangkai bagaimana tampilannya
Seseorang telah bersedia
menjadi rumahmu dan bersiap menerima apapun dirimu
Berbahagialah karena tak
semua rumah dapat kau ketuk dan penghuninya mengizinkan kau masuk
Pun, tak semua bisa disinggahi oleh insan yang kau menaruh hati,
jadi bersabarlah
Kelak akan ada yang bersedia datang mengetuk, menerima, dan saling mendamaikan juga menentramkan
Kamis, 16 Oktober 2014
Hujan Memaknaimu
Hujan,
Kemarin ia membasahi tanah tempatku berpijak
Menempatkan titik-titik sejuknya dalam perangai sederhana seorang insan
Membuatku menangkap kesan dalam diam
Hujan,
Kemarin aku menemukan kedamaian
Menatap sepintas pada keadaan
Lalu, berpaling menatap awan tempatmu berkawan
Hujan,
Aku merindui masa
Aku merindui keadaan
Merindui perangai itu
Hujan,
Ah, aku kemudian memalingkan pikiran dari keadaanku sekarang
Memahami harapan-harapan yang aku tanam sendiri
Menunggui yang benar akan datang bersama, seraya menikmatimu
Hujan,
Bisakah ia paham?
Apakah tak apa menaruh harap?
Apakah ?
Hujan,
Tanyaku sungguh menggunung, terlalu banyak bumbu prasangka
Kini, aku memasrahkan jawaban itu kepada Pencipta kita
Menaruh harap dan do'a yang sama
Hujan,
Dalam senandungku yang singkat
Seraya menikmatimu sendirian
Menyeruput teh hangat perlahan-lahan
Hujan,
Kelak jika perangai itu bersamaiku
Aku akan mengajaknya bersama
Meresapi saat hangat ketika kau membahasahi tanah tempatku berpijak
Mengenang saat aku menaruh perhatian padanya dahulu
Maros, 16 Oktober 2014
Kemarin ia membasahi tanah tempatku berpijak
Menempatkan titik-titik sejuknya dalam perangai sederhana seorang insan
Membuatku menangkap kesan dalam diam
Hujan,
Kemarin aku menemukan kedamaian
Menatap sepintas pada keadaan
Lalu, berpaling menatap awan tempatmu berkawan
Hujan,
Aku merindui masa
Aku merindui keadaan
Merindui perangai itu
Hujan,
Ah, aku kemudian memalingkan pikiran dari keadaanku sekarang
Memahami harapan-harapan yang aku tanam sendiri
Menunggui yang benar akan datang bersama, seraya menikmatimu
Hujan,
Bisakah ia paham?
Apakah tak apa menaruh harap?
Apakah ?
Hujan,
Tanyaku sungguh menggunung, terlalu banyak bumbu prasangka
Kini, aku memasrahkan jawaban itu kepada Pencipta kita
Menaruh harap dan do'a yang sama
Hujan,
Dalam senandungku yang singkat
Seraya menikmatimu sendirian
Menyeruput teh hangat perlahan-lahan
Hujan,
Kelak jika perangai itu bersamaiku
Aku akan mengajaknya bersama
Meresapi saat hangat ketika kau membahasahi tanah tempatku berpijak
Mengenang saat aku menaruh perhatian padanya dahulu
Maros, 16 Oktober 2014
Senin, 13 Oktober 2014
Aku dan FLP
Ada kebahagiaan hari ini
Mengecap kebersamaan dalam satu kesatuan
Menatap satu-satu wajah cerah dari individu dihadapanku
Merasakan pula lelah yang tersembunyi di balik senyum yang tetap ada
Kejadian hari ini takkan terulang
Namun, kenangan ini takkan hilang kemudian
Ada perasaan yang sulit diungkap dengan kata-kata
Tetapi kau mampu menangkapnya dari rona wajahku
Di sini ada kerinduan yang senantiasa memanggil untuk dijenguk
Di sini kita berbeda namun di tempatkan di satu rumah
Di sini aku menemukan diriku yang lain
Menemukan motivasiku dan menjaganya bersama
Jika kelak pisah
Jika kelak sulit bersua dengan mereka
Setidaknya hari ini dan beberapa waktu ke depan
Aku ingin memiliki suka duka yang dirasa bersama
Benarlah, FLP adalah ramuan bahagia di hidupku yang biasa
Aku menemukanmu, dia, mereka, kalian dan menemukan-Nya
Amanah baru di rumah tempatku menaruh rindu pada keluarga di dalamnya
Dan lembar itu, mulai terisi hari ini
Bismillah ...
Pelantikan Pengurus FLP Makasssar oleh Pak Taufiq Ismail di Sekolah Islam Athirah
Makassar, 12 Oktober 2014
Rabu, 01 Oktober 2014
Mimpi
Sebuah langkah besar untukku, aku kemudian melibatkan kamu, kamu, dia dan dia
Langkah kali ini adalah yang berat, menurutku.
Aku takut kemudian membuatnya, dia, mereka dan kalian merasa kecewa
Ah, aku pemimpi
Dahulu sampai sekarang, yang aku dapatkan adalah wujud dari mimpi yang kurangkai-rangkai
Meskipun tak semua, namun selalu ada mimpi yang lebih indah yang tak disangka masuk dan mulai bertingkah
Senin, 22 September 2014
Sekedar Celoteh : Suatu Saat
Suatu saat, hanya dengan bertanya kabar
Kau sudah menganggapnya sebuah kemajuan hubungan antara kalian
Suatu saat, senyuman, bisa saja dianggap sebagai hal spesial
Dan kau berpikir itu tanda kalian memiliki hal yang sama di hati
Tetapi, bagaimana jika kemudian hal ini adalah lumrah
Dia menunjukkan itu pada semua orang yang dikenalinya
Menyapa ramah siapa saja, tentu dengan batas-batas yang ia ketahui
Ya, dan semua takkan sama
*bahkan ketika dia online disalah satu medsos kau sudah kegirangan, ckckck
Tahan hati anak muda, seperti biasa, mengulang-ngulang kata bang Tere di kepala. Dan sepertinya selalu mengena... hihihi
Teh dan Cokelat
Ku seduh teh dalam teko bahagia milikku
Meminumnya bersama dalam waktu-waktu tertentu
Saat pagi sebelum berangkat kerja
Lalu senja saat kau tiba di rumah
Kebiasaan ini datang mungkin saja dariku
Kaupun tak pernah menanggapi mengapa aku hanya menyediakan itu
Kau tahu?
Teh yang aku seduh selalu punya rasa berbeda tiap hari
Tergantung dari gula yang aku tambahkan ke dalamnya
Tetapi, kau tahu, aku sebenarnya ingin rasanya selalu manis di lidah
Selalu hangat di tenggorokan
Dan makin kau suka tiap harinya
Aku kadang beranggapan, ah, aku ini egois
Mungkin ritual ini kadang mengganggu mu
Bisa saja kau ingin sekali minum kopi
Atau yang lain
Satu hal yang aku percayai
Teh membuat awet muda
Dan setiap kali aku menyeduhnya
Dengan bahagia, dalam do'a, diam-diam
Aku mengharap perasaan antara kita tetap muda
Tetap terjaga, atau semakin bertambah
Kadang aku tersenyum melihatmu
Melihatmu merasa agak kepanasan dengan teh itu
Meski kemudian kau ingin segera meminumnya
Kau harus menunggunya hangat
Menunggunya dengan sabar
Dan menyeruputnya perlahan-lahan
Lalu, aku kembali membawakan cokelat manis kesukaanku
Saat itupun aku juga tak menanyakan, apakah kau suka cokelat?
Katanya cokelat akan meredamkan rasa stress dan membuatmu nyaman
Cobalah, cicipi, kataku
Tersenyum dan kaupun mengangguk
Kau menyukainya?
Aku berharap kau juga merasa nyaman akhirnya
Kau tahu?
Aku menitipkan kedamaian lewat cokelat itu
Aku menitipkan pesan, agar kita merasa cenderung ingin bersama
Saling kasih mengasihi dan saling membimbing
Saling mengokohkan, untuk kemudian meraih ridho Robb yang menyatukan
Ketika saatnya aku memberikanmu keduanya
Meskipun aku tak sempat bertanya
Atau bahkan membuatmu terpaksa memakannya
Sebenarnya ada makna dibaliknya
Tetapi setidaknya,
Ketika kau alergi, baiknya
Beritahu aku, dan tolaklah dengan kata-kata yang mampu aku pahami..
Sabtu, 20 September 2014
Istri seperti Mama
Sebelum berangkat kerja, aktifitas rutin di pagi hari adalah minum teh bersama. Duduk menyaksikan berita pagi lewat layar televisi. Mama sibuk mengganti channel dan akhirnya memilih tayangan yang menurutnya menarik, dan infotaiment adalah tempat mata berlabuh. Tertarik dengan sosok yang dibicarakan, saya ikut menonton. Dalam beritanya kali ini, diulas kehidupan seorang istri yang suaminya merupakan pejabat yang kemudian terkena kasus korupsi.
Ibu ini terlihat senang dan dengan logat daerah yang melekat padanya, ia menjelaskan perihal makanan yang dibawanya untuk sang suami. Kebetulan hari itu adalah sidang yang kesekian kali untuk kasus suaminya, dan itu adalah kesempatan buatnya untuk bertemu kembali selain di hari-hari lalu ia datang menjenguk ke tahanan.
Ia menyiapkan makanan itu bukan hanya untuk suaminya saja, tetapi juga untuk teman-teman lain yang mendukung suaminya. Beliau selalu menyiapkan seratus porsi makanan, juga teh dan kopi yang ia buat dengan senang hati.
Hal yang mengharukan pun terjadi, bagian ini membuat saya dan Mama menitikkan airmata (dan akhirnya Bapak mematikan televisi .. hehehe). Ia ditanya mengenai perasaannya mengenai kasus suaminya, mengenai makanan apa yang ia buat, lalu ada kalimat yang saya tangkap, yang membuat saya sendiri merasa berbahagia sebagai seorang wanita.
Kurang lebih ia menyatakan. Di suatu kesempatan anak lelakinya memperhatikan sikap ibunya yang begitu telaten menyiapkan kebutuhan apapun untuk sang ayah Tetap memberi semangat dalam keadaan suka dan duka, apalagi saat ini sang ayah sedang menghadapi masalah. Si anak kemudian berkata "Saya ingin punya istri seperti Mama".
Betapa anak ini menangkap ketulusan tindakan ibunya terhadap ayahnya. Ia menilai dari apa yang ia lihat dan kebaikan itu membuatnya mengeluarkan kata-kata menyentuh itu.
Lalu, sampailah si ibu ini ke tempat sidang, dan saat istirahat, ia langsung menuju ke tempat suaminya. Memberikan makanan yang suaminya suka. Semuanya makanan tradisional rumahan, dan sang suami tampak lahap. Sesekali, tatapan tulus ibu itu mengarah pada suaminya, dan ia juga sempat menyeka sisa makanan di pipi suaminya itu.
Ah, keadaan ini, mungkin akan sulit dihadapi oleh sebagian orang. Ibu ini menganggap hal yang dialaminya sebagai ujian. Suatu saat hal ini pun akan lewat. Entahlah, yang jelas dalam ibadahnya ia selalu menyisipkan doa terbaik untuk keputusan apapun yang dihadapkan padanya nanti.
Saat ibu itu menatap suaminya, saya menangkap sekilas senyum ibu itu, dan seakan menyiratkan kata, aku ingin menjadi pendamping yang tetap saling mendukung saat susah maupun senang.
Warna
Ada kisah yang kemudian tertuang pada rona pelangi
Kata-katanya menjelma menjadi cahaya ditiap deret warna
Perasaan-perasaan itu diwakilkan dengan perbedaan
Lalu dengan kebahagiaan, aku memilih satu warna
Meskipun tak bisa membeda
Kau pasti bisa membacanya
Terang ia indah
Gelap namun tak selalu dengan kegelapan
Kata-katanya menjelma menjadi cahaya ditiap deret warna
Perasaan-perasaan itu diwakilkan dengan perbedaan
Lalu dengan kebahagiaan, aku memilih satu warna
Meskipun tak bisa membeda
Kau pasti bisa membacanya
Terang ia indah
Gelap namun tak selalu dengan kegelapan
Rabu, 17 September 2014
Baiklah
Baiklah...
Aku titip saja kiriman ini dalam kotak yang tersedia di halamanmu
Ia berupa sebuah pengakuan kehebatan atas diri yang terkalahkan perasaan
Baiklah...
Aku titipkan saja, sebuah tulisan tangan milikku dalam sebuah amplop putih
Aku ingin kau membaca perihal diri yang kian berubah
Baiklah...
Jika keduanya tak kau terima
Setidaknya memori dalam pikirmu, akan tetap membawaku
Atau, hanya aku saja
Ada hal yang tak berhak buatku untuk melakukan
Jadi jika bisa, biar kemudian waktu yang menyadarkan
Baiklah, aku pergi....
Kedua titipan itu aku ambil lagi
Kedua titipan itu terganti dengan lembar-lembar doa
Ianya aku bacakan menggapaimu lewat Robb-ku
Jumat, 12 September 2014
Perasaan
Perasaan yang tak terbantahkan ini
Kau membuat ini kian rumit
Pertemanan yang biasa
Jadi luar biasa dibenakku
Hal-hal kecil yang dilakukannya sudah bernilai besar dimataku
Aneh kan?
Kembali, aku memutar ingatanku
Ya, aku hanya gadis biasa yang tidak memiliki kemampuan atau kriteria sebagai yang dipilih
Ya, aku terlalu banyak menghubung-hubungkan sesuatu yang sebenarnya kau lakukan itu setara dengan teman-teman lainnya.
Aku hanya menemukanmu dalam kesempatan ini
Berbagi denganmu sewajarnya dalam tugas yang sama
Untuk kedepannya aku tidak akan tahu
Perjumpaan itu adalah sebuah rahasia
Dan akan tiba saatnya, aku hanya potongan kecil memori yang menunggu untuk kemudian terhapus permanen dari kenangan-kenanganmu
Sepertinya aku belum bisa berkata-kata bijak atau membuat sajak-sajak pemikat dengan kosakata terbatas milikku.
Biarkan kemudian aku menggambarkan perasaan yang tak terbantahkan ini, lewat kata-kata sederhana
Apakah di sini aku mencoba untuk membuatmu paham?
Tebak saja...
Kau menyukai hal-hal yang sederhana, bukan?
*ah, sepertinya masalah perasaan akan tetap menjadi pembahasan yang panjang ...
Kau membuat ini kian rumit
Pertemanan yang biasa
Jadi luar biasa dibenakku
Hal-hal kecil yang dilakukannya sudah bernilai besar dimataku
Aneh kan?
Kembali, aku memutar ingatanku
Ya, aku hanya gadis biasa yang tidak memiliki kemampuan atau kriteria sebagai yang dipilih
Ya, aku terlalu banyak menghubung-hubungkan sesuatu yang sebenarnya kau lakukan itu setara dengan teman-teman lainnya.
Aku hanya menemukanmu dalam kesempatan ini
Berbagi denganmu sewajarnya dalam tugas yang sama
Untuk kedepannya aku tidak akan tahu
Perjumpaan itu adalah sebuah rahasia
Dan akan tiba saatnya, aku hanya potongan kecil memori yang menunggu untuk kemudian terhapus permanen dari kenangan-kenanganmu
Sepertinya aku belum bisa berkata-kata bijak atau membuat sajak-sajak pemikat dengan kosakata terbatas milikku.
Biarkan kemudian aku menggambarkan perasaan yang tak terbantahkan ini, lewat kata-kata sederhana
Apakah di sini aku mencoba untuk membuatmu paham?
Tebak saja...
Kau menyukai hal-hal yang sederhana, bukan?
*ah, sepertinya masalah perasaan akan tetap menjadi pembahasan yang panjang ...
Ungkap
Ada masa ketika kau ingin mengungkap
Ketika kesempatan itu datang kau selalu melewatkannya berkali-kali
Bilang saja.
Ah, rasanya tidak biasa
Dan begitulah kesempatan itu terlewat lagi
Bagimu mungkin mudah
Tapi, aku sendiri tak biasa
Apa sulitnya? katamu
Katakan saja
"Aku mencintai Mama dan Bapak karena Allah, terima kasih untuk sayang dan cinta yang tak terbatas untukku"
Kamis, 11 September 2014
Kelak
Kelak dikemudian hari, ketika kau menemuiku, aku takkan memperlihatkan wajah muram. Wajah kesedihan saat kita berpisah. Wajah jenuh ketika kebersamaan mulai berlangsung lama. Yang ada hanya wajah berseri dipadu senyuman yang tak henti ketika mendengar ceritamu tepat saat kau kembali. Hidup membawa kita kearah yang berbeda-beda. Aku memilih jalan ini, dan berusaha berkarya di sini. Dan kaupun punya alasan mengapa kau tertarik dan akan menetap di sana lalu mengembangkan karyamu di sana.
Aku pernah bercerita padamu, tentang takdir. Berpisah dan bertemu, menangis dan tertawa, berduka dan berbahagia. Caraku menjelaskannya padamu seolah aku ingin melihat kesedihan itu berakhir dengan kebahagiaan. Ya, sepertinya kau paham. Senyuman seakan selalu merekah tiap menit ketika menyampaikan hal-hal menarik tentang kehidupan yang kita rasakan. Lalu, meneteskan air mata saat cerita membuat hati ngilu kau tuturkan.
Setiap manusia memiliki pertanggungjawaban atas diri mereka sendiri-sendiri. Begitupun aku dan kau. Meski hidup membawa kita di jalan yang berbeda. Meski kemudian, mataku tak dapat menangkap sosokmu karena jarak, dalam diam sujudku, doa itu tak henti-hentinya untukmu.
Ketika waktu yang digariskan untuk kita bertemu, tiba, aku akan menyambutmu dengan senyuman terhangat. Jika kau tak lelah, aku ingin menanyakan perihal keadaanmu dan petualangan yang telah kau lakukan di luar sana. Bertanya tentang alasan kau kembali. Bertanya tentang hal yang mungkin bisa terjalin antara kita.
Ketika narasi ini terus bergulir dalam kata-kata, jelas, saat ini kita belum berjumpa. Aku bisa saja mengenalmu sebagai seorang teman lama, sebagai seorang teman dalam kelompok yang selama ini aku ikuti, atau mungkin sebagai orang asing yang ketika kemudian pandangan tertuju, berdua, ada perasaan yang berbeda. Mungkin seperti kutipan ini "Ada kupu-kupu menari dalam perutku"
Tentang Aku, Dia dan ENGKAU
Barangkali, aku tak mampu menggapaimu karena situasi saat
ini
Barangkali, aku tak pernah masuk dalam ingatanmu
Barangkali, aku tak benar ada ketika momen itu
Barangkali, hanya aku yang berpikir begitu
Duniaku terisi dengan segala yang mampu aku pahami
Duniaku terisi dengan hal-hal yang mungkin takkan berkesan
bagimu
Duniaku kadang samar dalam keraguan namun kadang gigih karena optimisme
Duniaku, bisakah kau pahami ia?
Memikirkan kepahamanmu atas hal ini, membuatku tersenyum
Ya, kau tahu tak ada yang menurutku hebat dalam duniaku
Ya, menurutku dia abu-abu dan kadang terlindung kabut
Ya, menurutku kau akan sulit menebaknya
Ia memilih diam meski ingin diketahui perasaannya
Menurutku kemudian, selalu ada yang hal berbahagia yang aku alami
Menurutku kemudian, selalu ada keluarga yang siap menerimaku apa adanya
Menurutku kemudian, duniaku tak sekedar abu-abu
Menurutku kemudian, hidayah ini yang membuatnya kian berwarna
Ya Rabb, pemilik takdirku
Keyakinanku teguh hanya pada-Mu
Sajak sederhana yang aku lantunkan ini tentang dia dan Engkau
Jelas, kemudian, aku yakin tentang apa yang Engkau tuliskan untukku
Dalam malamku
Membentuk bingkisan syukur dengan kertas tawakkal warna-warni
Kuhias ia dengan cinta pita merah, dan semoga takkan mengecewakan ketika ia aku abadikan
Sebagai Hadiah
Hadiah yang membawaku menuju ridho-Mu
Sabtu, 06 September 2014
Lembar
Dalam draf hidupku, telah ku tanam rencana-rencana masa nanti
Dikau yang tergambar samar tak aku sangka ikut tersketsa
Dahulu kau hanya serupa pikiran lain disisian pikiran terpenting
Tetapi, sejak kapan sketsa mu yang dahulu samar kian terang
Kekosongan lembaran baru kuisikan kenangan terbaik
Hei, tak aku sangka aku pernah menuliskan hal seperti ini
Menyapa dengan polosnya tiap tulisan
Menyadari berbagai masalah kemudian menuliskannya dan menyampaikannya begitu saja
Tak aku kira menetap pada lembaran ini cukup lama
Menatap wajah-wajah manis zaman sekolah
Mengingat nama kawan dari satu kiri ke kanan
Pada draf berikutnya aku kebingungan
Entah mengapa sulit tergambarkan
Oh, iya, ini adalah masa depan yang ingin aku abadikan lagi
Sketsamu sulit aku tebak
Biar kemudian saat di masa ini terjawab sudah
Seseorang yang juga menggambar sketsaku di masa depannya.
Tanya Dalam Sajakku
Merenung tertunduk pada jalannya hati
Tak tahu arah membawanya berlari
Riuh, sorak sorai tak peduli
Berbalik arah tak mungkin lagi
Berbaris-baris tanya mulai beredar di sisi
Tanya yang takkan terjawab
Bila ia hanya seorang terasa mengecewakan
Namun ketika berbalas
Entah apa yang akan dikatakan
Liukan tanya itu mulai menjalar
Ia meminta jawaban tercepat dari hati sang insan
Bilamana aku katakan,
Akankan mendapat tanggapan
Aku takkan mengusik
Aku takkan mengganggu
Tak ingin ikatan baik terputus
Ya, itu tak akan seperti biasa
Canggung pasti akan ada
Biarlah tanya itu tetap meliukkan dirinya dalam pohon pikir
Biarkan ia tetap menetap hingga kemudian terkuak
Tanya itu, kau bisa tahu
Tulisan sederhana kan?
Sesederhana pandanganmu tentang dunia
Ini masalah perasaan
Takkan peka bagi yang tak mengetahuinya
Takkan terasa jika benar tak ada ikatannya
Biarkan bahasaku tetap berputar-putar
Menenangkan egoku yang ingin hanya dipahami
Tak ada yang sulit jika kau ingin membacanya
Tidakkah kau memahami dunia ini hanya dengan membaca
Membaca tanda-tanda, gejala, kehidupan, sikap, dan sederet hal lainnya
Jumat, 05 September 2014
Biasanya Tak Bisa
Biasanya akan ada yang larut dalam pikiranku
Biasanya akan ada bias-bias kepahaman yang aku rengkuh
Biasanya aku takkan sepeka ini
Biasanya aku takkan berusaha sekeras ini
Entah, perubahan ini datang tanpa disadari
Semakin larut ingin memahami
Semakin jauh ini semua dari kepahamanku
Semakin menjauhkan dari pikir
Semakin mengejar-ngejar ia dalam nyataku
Inikah yang dikatakan orang perasaan yang tak terbantahkan
Yang kau tak bisa mengelak jika terkena
Yang kau tak bisa mengerti dari mana memulainya
Yang kau tak bisa atasi dengan logika
Yang hanya bisa dirasakan tanpa tahu bentuk nyata
Ia menyapamu dikelengahan
Tak apa, ia adalah fitrah
Tak apa, ia hanya sebuah anugerah
Tak apa, semoga tak melebihi kecintaan pada sang cinta sejati,
Tuhan penggenggam bumi dan langit
Ia hanya akan bergejolak sebentar
Kemudian redup di ambang jarak
Terluput jika tak ada ikatan
Selama benar belum dalam restu-Nya
Tutuplah sejenak, di sanubari terdalam
Biasanya akan ada bias-bias kepahaman yang aku rengkuh
Biasanya aku takkan sepeka ini
Biasanya aku takkan berusaha sekeras ini
Entah, perubahan ini datang tanpa disadari
Semakin larut ingin memahami
Semakin jauh ini semua dari kepahamanku
Semakin menjauhkan dari pikir
Semakin mengejar-ngejar ia dalam nyataku
Inikah yang dikatakan orang perasaan yang tak terbantahkan
Yang kau tak bisa mengelak jika terkena
Yang kau tak bisa mengerti dari mana memulainya
Yang kau tak bisa atasi dengan logika
Yang hanya bisa dirasakan tanpa tahu bentuk nyata
Ia menyapamu dikelengahan
Tak apa, ia adalah fitrah
Tak apa, ia hanya sebuah anugerah
Tak apa, semoga tak melebihi kecintaan pada sang cinta sejati,
Tuhan penggenggam bumi dan langit
Ia hanya akan bergejolak sebentar
Kemudian redup di ambang jarak
Terluput jika tak ada ikatan
Selama benar belum dalam restu-Nya
Tutuplah sejenak, di sanubari terdalam
Senin, 01 September 2014
Sekedar Celoteh II
Jeduk...
Kali ini tepat di pintu masuk seorang teman. Maklum, postur mengharuskanku menunduk, tapi sepertinya rasa awasku agak terkikis hari ini, jadilah kepala bertemu pasak pintu. Rada pusing, tapi cepat-cepat aku berganti ekspresi. Ini bukan pertama kalinya. Pernah di rumah nenek, dan tante juga. Aih, malunya. Baru masuk hendak bertamu, semua menoleh gara-gara suara nyaring, terbentur.
Kejadian ini takkan terulang jika kemudian aku berkonsentrasi penuh. Tetapi sepertinya ada hal yang terus bergantung di kepalaku. Pikiran yang membuatku terus merenung. Kadangkala aku memikirkan masalah sepele (menurut orang) atau memikirkan kesalahan yang aku perbuat ketika melakukan sesuatu, sepertinya aku tak bisa memungkiri cap yang diberikan teman kepadaku.
"Kau itu gadis yang terlalu banyak berpikir, terlalu khawatir dan akhirnya sulit memilih dan menentukan kebaikan untukmu sendiri"
Terima kasih sobat. Kau tahu kan? Pastinya. Aku ini orang yang kurang peka terhadap diri sendiri. Sering melakukan kesalahan dan kemudian menyesali pilihan. Tetapi, yang aku tahu, Allah yang selalu menuntunku lewat perantara-perantaranya. Rasanya, dari masalah terbentur, aku memiliki pembahasan yang mendalam. hehehe..
Dan begitulah, kini September menemuiku. Ada banyak jejak di bulan-bulan lalu yang membahagiakan. Hei, jangan katakan aku kurang peningkatan. Aku berusaha kok. Benar. Semoga tak bosan mendengarkan curhatku. Maklum, aku butuh ruang berekspresi. Setelah bercerita rasanya lega. Menekan tuts di keyboard notebook kesayanganku, si Panda, membuatku ingin terus berkarya, memberi manfaat, dan bukan hanya sekedar celoteh. hehehe
So... welcome September.... ^_^
"Kau itu gadis yang terlalu banyak berpikir, terlalu khawatir dan akhirnya sulit memilih dan menentukan kebaikan untukmu sendiri"
Terima kasih sobat. Kau tahu kan? Pastinya. Aku ini orang yang kurang peka terhadap diri sendiri. Sering melakukan kesalahan dan kemudian menyesali pilihan. Tetapi, yang aku tahu, Allah yang selalu menuntunku lewat perantara-perantaranya. Rasanya, dari masalah terbentur, aku memiliki pembahasan yang mendalam. hehehe..
Dan begitulah, kini September menemuiku. Ada banyak jejak di bulan-bulan lalu yang membahagiakan. Hei, jangan katakan aku kurang peningkatan. Aku berusaha kok. Benar. Semoga tak bosan mendengarkan curhatku. Maklum, aku butuh ruang berekspresi. Setelah bercerita rasanya lega. Menekan tuts di keyboard notebook kesayanganku, si Panda, membuatku ingin terus berkarya, memberi manfaat, dan bukan hanya sekedar celoteh. hehehe
So... welcome September.... ^_^
Sekedar Misteri
Jam berdetak meninggalkan angka-angka yang beranjak pergi
Biarkan malam menunjukkan indahnya
Bintang-bintang bertabur dengan seenaknya
Ah, bersinar seperti itu dan membuat semesta melihatmu
Sungguh, aku hanya bisa tersenyum dan tak henti berdecak kagum pada Pencipta mu
Ku edarkan pandangan sekeliling
Menatap punggung seorang insan
Tak ada kata yang bisa aku ucapkan
Aku hanya melihat beban berat di pundaknya yang tampak kokoh
Mungkin, orang lain tak melihatnya
Tetapi aku, tanpa sadar telah memperhatikannya lama...
Ingin rasanya berkata "kuatkan dirimu, kau pasti bisa"
Tapi setumpuk kata-kata yang sedianya aku ucap, tersendak di tenggorokan
Dari belakang, aku mengikut jejakmu
Sepertinya pun kau tak menyadari
Sesampai di tanah berpasir
Ombak menggulung menyentuh kaki
Bulan purnama kian menyinari
Samar, aku melihat wajah kekalutan yang kau tunjukkan
Sepertinya rapuh kini mulai menghampirimu
Aku, ingin mendekat dan bertanya.
Lalu, riuh suara-suara langkah kaki berlari menujumu
Sekelompok sahabatmu telah mengambil alih situasi
Lega, senyum simpul bergelayut di wajahmu yang teduh
Harusnya aku tak penasaran,
Harusnya aku tak mengikutimu kemari
Lihatlah aku yang selalu ingin tahu keadaanmu
Bertanya, apa kau baik-baik saja
Berdiri terpaku dan tak bisa berkata-kata
Kau, janganlah menyimpan sedih itu sendiri
Kau, cobalah membuka hati untuk bicara dan menemukan solusi bersama
Wajah sendumu malam ini ternyata terlihat oleh gadis sepertiku
Gadis yang sok tahu dan selalu penasaran tentangmu
Engkau seakan-akan misteri yang tak habisnya beredar dalam kasusku
Tetapi, apakah kau tahu ini?
Apakah kau tahu aku?
Apakah aku turut dalam daftar orang-orang yang pernah hadir di hidupmu?
Malam makin larut, baiknya aku beranjak pulang
Menuliskan kisah keingintahuanku malam ini dan kembali di kehidupanku semula
Kau tahu, misteri, aku senantiasa mendoakan kebahagiaanmu
Sesaat kau berbalik, saat itu pula aku tak ingin menatap kekalutanmu lagi
Tetapi, jika itu terjadi, aku harap
Semoga ada saja orang yang akan membuatmu tersenyum
Senyum merekah yang kau tunjukkan malam ini.
Minggu, 31 Agustus 2014
Sekedar Celoteh
Sebuah kesyukuran mengecap dunia yang sementara ini. Sungguh ada banyak pelajaran yang mampu dirangkum sedemikian rupa. Aku belajar bagaimana seseorang bersikap atas masalah yang dihadapinya. Bagaimana kamu bergaul dengan orang-orang di sekelilingmu. Bagaimana akhirnya kamu jatuh cinta dan bagaimana kemudian harus merelakan. Aku bukan orang bijak yang bisa membuatmu nyaman dan termotivasi dengan kata-kata nasehat yang aku kucurkan. Aku juga bukan seseorang yang pandai memasak segala jenis makanan yang engkau senangi. Paling tidak aku bisa menjadi pendengar atas masalahmu. Berbagi kesedihan dan kebahagiaan bersama. Ah, jika mampu aku ingin kembali di saat kesekian kalinya kita berkumpul dan bercerita lagi..dan lagi..
Hei..bukankah masalah karakter itu takkan jadi pembicaraan yang membosankan. Ah ya..kurasa...jangan sampai tawaku terdengar tak terkendali. Juga, maafkan aku. Sekelumit rasa telah muncul dan kau pasti mengetahuinya, aku pun sempat bercerita. Rasanya akan menjadi perbincangan hangat lagi ketika bersua. Terima kasih masih setia memberitahukanku cara mengendalikan perasaan. Jelas kau akan tahu situasiku ketika rona merah memenuhi pipi tembemku. Hehehe...dan satu lagi, jangan bosan bersahabat denganku, meski aku menyadari aku adalah orang yang membosankan buatmu. Mungkin egois, tapi pahamilah.
Di kehidupanku, aku kadang berpikir, lebih baik aku hanya mampir, berbuat sesuatu dengan kekuatan maksimal yang aku punya. Lalu, kemudian menghilang dalam kebahagiaan yang bisa aku saksikan dari raut wajah kalian. Mengingat seseorang lalu intens menyapanya, adalah hal yang sulit (atau mungkin karena kesibukan) buatku. Rasanya pun takkan berat jika hanya bertanya kabar. Dan ya, memang, tapi selanjutnya apa? Pasti kau gelisah dan ingin bertemu. Namun, apa yang bisa kamu katakan lagi setelah bertemu. Tentu, berbagi cerita. Lalu, berpisah. Dan "pisah" adalah sulit buatku. Pun aku berpikir, lebih baik aku pergi lebih dahulu, ketimbang ditinggalkan.
Hah, dan rasanya mampir, meski hanya mampir, ada banyak memori yang takkan luput berputar-putar dalam ingatan. Aku ingin menetap, namun rasanya tak ingin ditinggalkan oleh penghuni lainnya. Ini bukan soal ingat dan lupa, namun bagiku, menyaksikan punggung seseorang yang melangkah menjauh, adalah hal yang berat...
*berceloteh tentang sifat egoisku, bertemu, berpisah, dan entahlah, apa yang aku bicarakan. bisakah aku memasukkannya sebagai dialog sebuah peran?
Sabtu, 30 Agustus 2014
Inang dan Benalu
Benalu merambat inang yang kian melemah
Menggerogoti sendi kesakitan yang kian parah
Dalam dendang kesedihan
Terselip pilu, menohok kalbu
Bengis mengundang tangis
Amarah menaikkan darah
Memompa hingga ke ubun-ubun dan pecah
Merembes luka ke dalam sanubari lewat beling kata-kata dan laku
Aku tak menafikkan adanya rindu
Rindu kedamaian yang terkubur sejak perang ini sekian lama
Rintih tak lagi tabu, ia terdengar dibalik tembok lindungan
Wajah-wajah mungil menghias kepedihan
Tidakkah mereka terlalu dini merasakan ini
Hempasan kata perang yang terus menerus
Merampas hak mereka mendapatkan sekolah dan penghidupan
Kau tahu benalu itu terus merenggut sari pati inang
Meski lelah inang tetap berharap dapat bangkit dan merdeka
*Pengharapanku pada Gaza yang damai, semoga ijabah....
Kamis, 28 Agustus 2014
Mama
Baik laku dan tuturku tertuju padamu
Kata-kata sinis bahkan sakit hati pernah pula tertuju padamu
Berbeda pendapat kadang merentangkan jarak
Bunda, Mama, Ibu, Emak
Panggilan itu selalu berbeda bagi tiap individu sekitar
Omma, Okasan, Mother
Bahkan diberbagai belahan bumi
Ma...sapaan itu kian tulus melantun dari bibir jahil anakmu ini
Sembunyi-sembunyi menangisi keadaanmu yang kian menua
Merapal doa-doa menuju Robb penggenggam jiwa
Sehatkanlah, lindungilah, ridhoilah
Ma...dalam amarahku, aku pernah membuatmu sakit hati
Aku hanya mampu memintakan kebaikan untukmu
Aku tak pandai mengungkap hatiku padamu
Ma... lautan sayang segunung cintaku
Takkan sebesar sayang dan cintamu
Ma...sajak ini mungkin takkan pernah terbaca olehmu
Tulisan-tulisanku pun mungkin takkan kau baca
Namun sungguh, rasa tulus mengalir disetiap kali aku menghentakkan jemari di keyboard notebook
atau dalam tarian jemariku memahat selembar kertas putih
*sebuah video dr youtube yang bisa saya kethui keberadaannya dari seorang teman. Ini tentang Ibu, Emak, Mama, Bunda dan anaknya "reduce to regain" :FIim Zealose fiber : " ลดเพื่อเพิ่ม " หนังสั้น จาก เครื่องดื่มใยอาหารซีโลส
Kata-kata sinis bahkan sakit hati pernah pula tertuju padamu
Berbeda pendapat kadang merentangkan jarak
Bunda, Mama, Ibu, Emak
Panggilan itu selalu berbeda bagi tiap individu sekitar
Omma, Okasan, Mother
Bahkan diberbagai belahan bumi
Ma...sapaan itu kian tulus melantun dari bibir jahil anakmu ini
Sembunyi-sembunyi menangisi keadaanmu yang kian menua
Merapal doa-doa menuju Robb penggenggam jiwa
Sehatkanlah, lindungilah, ridhoilah
Ma...dalam amarahku, aku pernah membuatmu sakit hati
Aku hanya mampu memintakan kebaikan untukmu
Aku tak pandai mengungkap hatiku padamu
Ma... lautan sayang segunung cintaku
Takkan sebesar sayang dan cintamu
Ma...sajak ini mungkin takkan pernah terbaca olehmu
Tulisan-tulisanku pun mungkin takkan kau baca
Namun sungguh, rasa tulus mengalir disetiap kali aku menghentakkan jemari di keyboard notebook
atau dalam tarian jemariku memahat selembar kertas putih
*sebuah video dr youtube yang bisa saya kethui keberadaannya dari seorang teman. Ini tentang Ibu, Emak, Mama, Bunda dan anaknya "reduce to regain" :FIim Zealose fiber : " ลดเพื่อเพิ่ม " หนังสั้น จาก เครื่องดื่มใยอาหารซีโลส
Tak Sekedar Kawan
Ada kata yang tak mampu terucap
Ada pagi yang tetap sama
Jalan ini, hiruk pikuk saat ini semuanya tetap sama
Begitu juga dengan rasa yang telah lama ada
Bila mungkin datang lagi jumpa
Tetap akan sama
Tak ada kata terucap meski sekedar sapa
Suasana yang melingkupiku amat berbeda
Mungkin, bagimu ini biasa
Tapi, tak tahu kapan lidahku kian kelu
Tingkahku pun aneh
Aneh... ya aneh
Jika ada, menghindar
Namun, jika tak ada malah mencari
Berlagak tak peduli
Tapi sebenarnya tak tahu menanggapi
Menunduk, ya... apa yang ada dalam pikiranku
Tidak ada yang bisa mengerti jika begini
Senyum, hanya itu yang bisa kulakukan, alami
Sekedar sebagai sapaan, kawan lama
Ada pagi yang tetap sama
Jalan ini, hiruk pikuk saat ini semuanya tetap sama
Begitu juga dengan rasa yang telah lama ada
Bila mungkin datang lagi jumpa
Tetap akan sama
Tak ada kata terucap meski sekedar sapa
Suasana yang melingkupiku amat berbeda
Mungkin, bagimu ini biasa
Tapi, tak tahu kapan lidahku kian kelu
Tingkahku pun aneh
Aneh... ya aneh
Jika ada, menghindar
Namun, jika tak ada malah mencari
Berlagak tak peduli
Tapi sebenarnya tak tahu menanggapi
Menunduk, ya... apa yang ada dalam pikiranku
Tidak ada yang bisa mengerti jika begini
Senyum, hanya itu yang bisa kulakukan, alami
Sekedar sebagai sapaan, kawan lama
Rabu, 27 Agustus 2014
Genggaman Langit
Dalam tautan pada pemegang takdirku
Penguasa atas diri dan dunia yang aku huni
Lantunan firman indah yang takkan puas terapal
Yang maksudnya membuatku melelehkan air mata
Kata sederhana, sesyukur-syukur diri
Mungkin takkan mencapai berbagai nikmat yang Engkau beri
Biarkan aku menggenggam iman
Menggenggamnya tak lepas dan istiqomah
Bergantung pada-Mu meraih ridho-Mu
Kadang pikiranku merangkai tanya yang mengendap...lama..
Untuk apa aku di dunia?
Mengapa harus aku yang hidup?
Jalan apakah yang benar untukku?
Kau sampaikan jawab atas tanyaku
Lewat perantara makhluk yang sungguh mencintaimu
Sebesar-besarnya cinta pada Robb-nya
Membuka mataku akan indahnya apapun yang Kau buat
Kehidupan fana pengajaran bagiku takkan luput
Akhirat, tempat yang dipenuhi tanda tanya untukku
Kematian, entah bagaimana kemudian akhirnya aku terima
Akankah dia husnul khotimah atau sebaliknya?
Engkau menguatkan kala ketakutanku.
Engkau melapangkan kala kesempitanku
Aku takkan pernah tahu bagaimana aku kembali pada-Mu
Namun, aku berharap
Harap meraih ridho-Mu
Penguasa atas diri dan dunia yang aku huni
Lantunan firman indah yang takkan puas terapal
Yang maksudnya membuatku melelehkan air mata
Kata sederhana, sesyukur-syukur diri
Mungkin takkan mencapai berbagai nikmat yang Engkau beri
Biarkan aku menggenggam iman
Menggenggamnya tak lepas dan istiqomah
Bergantung pada-Mu meraih ridho-Mu
Kadang pikiranku merangkai tanya yang mengendap...lama..
Untuk apa aku di dunia?
Mengapa harus aku yang hidup?
Jalan apakah yang benar untukku?
Kau sampaikan jawab atas tanyaku
Lewat perantara makhluk yang sungguh mencintaimu
Sebesar-besarnya cinta pada Robb-nya
Membuka mataku akan indahnya apapun yang Kau buat
Kehidupan fana pengajaran bagiku takkan luput
Akhirat, tempat yang dipenuhi tanda tanya untukku
Kematian, entah bagaimana kemudian akhirnya aku terima
Akankah dia husnul khotimah atau sebaliknya?
Engkau menguatkan kala ketakutanku.
Engkau melapangkan kala kesempitanku
Aku takkan pernah tahu bagaimana aku kembali pada-Mu
Namun, aku berharap
Harap meraih ridho-Mu
Luput
Kau tahu?
Jejak-jejak itu kian luput dari pandangan
Namun, bekasnya terpahat rapi di sisi pagi kala itu
Entah, kata itu yang terkait dipikirku
Bagaimana aku bisa tahu dan memahaminya.
Bak sebuah kayu yang tertancap paku
Bekasnya sulit hilang meski si paku telah melupakan
Dia dan segalanya selalu berjalan beriringan
Datang dengan kebahagiaan baru
Lalu, pergi tanpa menyadari sesuatu
Terlalu abstrak memang
Tapi kau tahu, inilah yang disebut rasa itu
Ah, rasanya kau takkan menyadari
Jelas...sangat jelas
Meski jejak itu telah luput dari ingatanmu
Namun, dia masih tersimpan rapi di sela impian pagi bersamai
Jejak-jejak itu kian luput dari pandangan
Namun, bekasnya terpahat rapi di sisi pagi kala itu
Entah, kata itu yang terkait dipikirku
Bagaimana aku bisa tahu dan memahaminya.
Bak sebuah kayu yang tertancap paku
Bekasnya sulit hilang meski si paku telah melupakan
Dia dan segalanya selalu berjalan beriringan
Datang dengan kebahagiaan baru
Lalu, pergi tanpa menyadari sesuatu
Terlalu abstrak memang
Tapi kau tahu, inilah yang disebut rasa itu
Ah, rasanya kau takkan menyadari
Jelas...sangat jelas
Meski jejak itu telah luput dari ingatanmu
Namun, dia masih tersimpan rapi di sela impian pagi bersamai
Senin, 18 Agustus 2014
Futari
Jalan ini kian terasa ramai
Entah, aku merasa aku kini tak melangkah sendiri
Bisakah kau merasakannya
Mungkin hanya aku yang terlalu terbawa suasana
Dahulu aku melangkah tak acuh
Merasa sendiri
Selalu
Tapi... langkah lain mulai menggangguku
Aku kemudian mencoba berbalik
Seseorang berwajah peduli
Mencoba mendekati
Aku tak mengerti maksudnya
Aku kembali berjalan
Tetapi, langkahnya makin lama makin dekat
Akhirnya kami beriringan
Sampai akhirnya aku menoleh
Ia tersenyum...
Lelaki berwajah teduh
Dia menjajarkan langkahnya
Katanya... aku ingin bersamamu
terinspirasi : Kimi ni Todoke
Ost. Kimi ni Todoke oleh May's
Jumat, 15 Agustus 2014
Selisih
Katakan apa yang ada
Bentak dan bentak
Salah paham
Wajah masam
Pukulan dalam dada yang tak kasat mata
Mungkin hanya lewat bibir
Tapi... rasa teriris sembilu sedalam pedih hati
Bentak dan bentak
Salah paham
Wajah masam
Pukulan dalam dada yang tak kasat mata
Mungkin hanya lewat bibir
Tapi... rasa teriris sembilu sedalam pedih hati
Kau dan Pagi
Aku tak menyangka, hari-hariku dilingkupi dengan pikiran tentangmu
Tentang kau, hujan di sore itu, dan pagi
Ya, aku senang berbicara denganmu kala pagi
Saat wajah kusutmu masih terpahat di sana
Tapi, aku tersadar, kau masih di tempat berbeda
Entah kenapa pagi menjadi saat aku kembali memutar pikiran padamu
Harusnya saat itu aku lebih bergegas mengejar rezeki yang dibagikan Robb-ku
Senyum...senyum...dan menunduk
Ah, rasanya aku jadi malu pada dedaunan berembun atau
pada mentari yang mulai meninggi di ufuk timur
Aku mengaitkan logika dan rasa
Tetap saja mereka tak mau beriringan
Hei.. harusnya kalian sejalan
Tapi ini urusan yang berbeda
Perasaan dan logika punya hak tindakan mereka masing-masing
Tentang kau, hujan di sore itu, dan pagi
Ya, aku senang berbicara denganmu kala pagi
Saat wajah kusutmu masih terpahat di sana
Tapi, aku tersadar, kau masih di tempat berbeda
Entah kenapa pagi menjadi saat aku kembali memutar pikiran padamu
Harusnya saat itu aku lebih bergegas mengejar rezeki yang dibagikan Robb-ku
Senyum...senyum...dan menunduk
Ah, rasanya aku jadi malu pada dedaunan berembun atau
pada mentari yang mulai meninggi di ufuk timur
Aku mengaitkan logika dan rasa
Tetap saja mereka tak mau beriringan
Hei.. harusnya kalian sejalan
Tapi ini urusan yang berbeda
Perasaan dan logika punya hak tindakan mereka masing-masing
Selasa, 12 Agustus 2014
Kesan
Terketuk hati pada seorang pemuda
Merangkai risih laku tak tertata
Mungkin pikirnya mencatat
Aku hanyalah sekeping puzzle yang mengganggu
Tak kunjung selesai dan kemudian terlupakan
Oh, tidak, puzzle mungkin rumit
Bisa jadi aku hanyalah sepotong kenangan yang tak sengaja mampir
Tak ada yang istimewa
Tak ada kesan
Namun, harus bagaimana, dia telah meninggalkan jejak dalam pikirku
Merangkai risih laku tak tertata
Mungkin pikirnya mencatat
Aku hanyalah sekeping puzzle yang mengganggu
Tak kunjung selesai dan kemudian terlupakan
Oh, tidak, puzzle mungkin rumit
Bisa jadi aku hanyalah sepotong kenangan yang tak sengaja mampir
Tak ada yang istimewa
Tak ada kesan
Namun, harus bagaimana, dia telah meninggalkan jejak dalam pikirku
Minggu, 10 Agustus 2014
Sulit Pisah
Perpisahan, kata yang mengakhirkan pertemuan
Entahlah, tapi rasanya akan sangat menyakitkan
Itulah mengapa kadang seseorang memilih untuk tak mengucapkannya
Meskipun kemudian sesal karena tak ada kata terucap, untuk melepasnya.
Bahagia, awal pertemuan yang bahagia
Sejak kecil, imajinasi denganmu selalu membawaku pada pikiran yang tak terbatas
Ya, masa-masa kanak-kanak yang aku tahu hanya rasa bahagia mengenalmu
Hei, kau menghiburku
Jadi, jangan katakan kalau kamu hanyalah bahagian dari masa kanakku saja
Ya... aku membawamu di masa remaja yang sulit juga
Aku tak merasa lelah
Aku yakin tetap setia denganmu
Dan aku harap kaupun begitu
Tiap episode hidupmu, aku ikuti
Mungkin agak sulit melihat semuanya
Karena, batas negara kita yang membuat sulit untuk menatap secara langsung
Hmm, aku mendapati kabarmu.
Katanya kamu akan segera mengakhiri episode-episode itu?
Meskipun aku katakan jangan, kamu pun mungkin tak bisa berbuat apa-apa
Mendengar soundtrack untuk episodemu berikutnya membuatku bersedih
Ah, ya, benar, kamu semakin menua dengan pribadi dan wajah yang sama sedari dulu
Benarlah, pisah, sulit untuk aku terima
Untukmu, aku berharap, semoga tetap mengisi hidupku dengan kabar-kabar
Juga dengan episode-episode yang membuat kita tetap berjumpa
*versi ngga mau ditinggal Doraemon dan masih menanti movie-nya... Standby Me
lalu ini dia soundtracknya....dari Motohiro Hata - Himawari no Yakusoku (Doraemon Stand By Me) atau Janji Bunga Matahari
Tentang Aku dan Derap Waktuku
Mendung menemani hariku menyusuri jalan raya
Wajah - wajah gelisah di antara baris-baris kendaraan yang kian bertambah
Macet...
Plat putih masih tertempel, ah ya, ini kesan pertama membawa amanah baru
Masih, pemberian dari Bapak Ibu
Hadiah buatku
Jelas, aku sangat berterima kasih
Aku terima sebulan sebelum aku memasuki usia baru kemarin
Makin tua.
Kata-kata yang beriring doa yang tersampaikan, mengembangkan senyum di wajah lusuhku
Yah, ini karena dalam kondisi lelah bekerja
Kemarin, ada banyak pikiran yang beredar satu-satu di kepala
Dan ada juga pikiran itu yang masuk ke dalam doa yang tersampaikan sahabat
Jawabku... doakan saja yang terbaik
Aku.. masih.. belum menemukan...
Ah, mendung ini telah jadi hujan
Kemarin, hujan turun di pergantian umurku
Doa dan introspeksi
Terkabullah dan semoga kuat memperbaiki diri.
Pagi , datang hari ini
Syukur, aku masih bisa menemukan bahagia fajar, keindahan pagi, lembutnya resapan embun pada langit yang merona indah dalam kuasa-Nya
Hai, sapaanmu pagi, membelai lembut telingaku dan membawaku pada masa depan yang tak tergambarkan
Wajah - wajah gelisah di antara baris-baris kendaraan yang kian bertambah
Macet...
Plat putih masih tertempel, ah ya, ini kesan pertama membawa amanah baru
Masih, pemberian dari Bapak Ibu
Hadiah buatku
Jelas, aku sangat berterima kasih
Aku terima sebulan sebelum aku memasuki usia baru kemarin
Makin tua.
Kata-kata yang beriring doa yang tersampaikan, mengembangkan senyum di wajah lusuhku
Yah, ini karena dalam kondisi lelah bekerja
Kemarin, ada banyak pikiran yang beredar satu-satu di kepala
Dan ada juga pikiran itu yang masuk ke dalam doa yang tersampaikan sahabat
Jawabku... doakan saja yang terbaik
Aku.. masih.. belum menemukan...
Ah, mendung ini telah jadi hujan
Kemarin, hujan turun di pergantian umurku
Doa dan introspeksi
Terkabullah dan semoga kuat memperbaiki diri.
Pagi , datang hari ini
Syukur, aku masih bisa menemukan bahagia fajar, keindahan pagi, lembutnya resapan embun pada langit yang merona indah dalam kuasa-Nya
Hai, sapaanmu pagi, membelai lembut telingaku dan membawaku pada masa depan yang tak tergambarkan
Minggu, 03 Agustus 2014
Detik-detik
Agustus, kini kau datang menyapaku kembali. Ah, nampaknya kau harus kembali berkaca pada diriku sendiri. Bertanya lebih lanjut tentang pencapaian yang aku raih hingga sekarang. Yah, sebentar lagi aku akan menginjakkan diri pada fase kehidupan setahun yang baru. Berharap banyak atas perubahan-perubahan. Aku berharap pula dapat segera meraih cita-cita. ^_^
Kamis, 31 Juli 2014
Kakek, Umar dan Usman
Matahari
masih enggan beranjak dari peraduan, tatkala seorang Kakek telah bersiap
berbenah diri. Solat subuh dikerjakan, setelah itu, segelas kopi diseruputnya
di beranda rumah. Tak lupa pisang goreng hangat menjadi pendamping minumannya
pagi itu. Nenek sibuk mempersiapkan kue yang hendak di jual ke pasar, tempat
Kakek sering mangkal bersama becak
tuanya. Kakek bermaksud mengambil kue yang telah disiapkan sang Nenek, tapi
kemudian dua orang anak telah menuju ke arahnya seraya menenteng tempat plastik
berisi kue dagangan. Mereka adalah cucu sang Kakek pengayuh becak. Umar dan
Usman. Kakek sendirilah yang memberi nama itu kepada mereka. Ia mengharapkan
agar sang cucu dapat menjadi orang yang sukses dunia akhirat, sebagaimana kedua
khalifah sekaligus sahabat Rasulullah dulu. Umar bin Khattab dan Usman bin
Affan.
“Pagi
ini, kita kemana, Kek? tanya Umar
antusias.
“Kakek
akan membawa kalian menjelajah hari ini. “
“Umm,
menjelajah itu apa, Kek? “
“Menjelajah
adalah saat kalian pergi mencari hal-hal baru. “
“Wah,
Kakek, apakah kita akan menemukan seorang pahlawan lagi, Kek? Atau…atau… ibu
yang sangat baik seperti yang kita temui di pasar? Atau….atau…” belumlah habis
kata Usman. Umar kemudian menimpali.
“Ah
ya, aku ingin bertemu ibu itu lagi.”
“Tentu
saja, aku juga ingin. Wah, aku akan mendapat setumpuk cokelat lagi hari ini”
“Asyiiik
… Kakek, ayo segera kayuh becaknya, kami sudah tidak sabar…“
Sorak
– sorai Umar dan Usman, menyelipkan senyuman di bibir Kakek. Segera keduanya
naik ke atas becak. Duduk dengan posisi terbaik dan melambaikan tangan kepada
Nenek. Hari ini, mereka akan menyusuri jalan yang sama ke pasar. Umar dan Usman
selalu saja menganggap perjalanan yang mereka lewati sangat seru. Tiap hari mereka
punya pertanyaan menarik, untuk kemudian Kakek harus jawab. Sikap bijaksana dan
senyumnya yang terus mengambang selalu menjadi pemuas jawaban dari pertanyaan
kedua cucunya, dan mereka tentu selalu mengambil pelajaran.
***
Saat
melewati persawahan yang tampak siap dipanen. Mereka bertanya, mengapa padi
harus merunduk ke bawah.
“Batang
padi itu diciptakan berbeda dari pohon yang kita lihat selalu berdiri kokoh,
cucuku. Tapi ada yang mengibaratkan buah
padi yang berisi akan semakin menunduk, dengan kerendahan hati seorang penuntut
ilmu.”
“Kakek,
kami tidak mengerti” jawab mereka bersamaan.
Wajah
Umar dan Usman mengerut, mereka berusaha mencerna apa maksud Kakeknya. Sang
Kakek kemudian menjelaskan lebih lanjut.
“Cucuku,
Umar dan Usman, saat kalian sudah menuntut ilmu , mulai sekolah, kalian akan
mendapat banyak pengetahuan baru. Kalian bisa mendapatkan derajat yang tinggi
dari usaha kalian menuntut ilmu. Tapi, jangan karena sudah berilmu kalian jadi
kikir berbagi, dan sombong. Tetapi, tetaplah jadi cucu Kakek yang rendah hati
dan selalu membantu orang lain”
“Ooo…”
mulut mereka membulat bersamaan.
Sambil
terus mengayuh becak, sang Kakek tersenyum mendengar senandung lagu dari kedua
cucunya. Anak – anak SD yang lewat
sebelah rumah sering menyanyikannya.
Satu…satu… aku sayang ibu
Dua..dua…
juga sayang ayah
Tiga..tiga… sayang Kakek Nenek
Satu, dua, tiga , sayang semuanya…
Mereka mengubah liriknya, dan
menyanyikan berulang-ulang.
“Kakek, suara kami bagus, kan?”
Tanya Umar disambut oleh senyum dan
anggukan oleh sang Kakek. Perjalanan ke pasar memang agak jauh. Mereka bahkan
melewati daerah landasan pesawat yang hanya dibatasi jalan raya yang mereka
lalui. Pernah, pesawat terbang di atas mereka, jaraknya cukup dekat, sampai
–sampai roda bagian bawah pesawat yang mulai dikeluarkan, ketika pesawat akan
mendarat terlihat sangat jelas.
“Kakek, kapan kita naik pesawat? “
“Iya, kita hanya naik becak terus …”
“Belajarlah dari sekarang cucuku, jangan
takut bermimpi. Siapa yang tahu pesawat itu bukan hanya bisa kau tumpangi,
tetapi bisa saja menjadi milik kalian. “
“Tunggu sampai kami besar ya Kek, kami
akan bekerja giat dan Kakek tidak perlu mengayuh becak lagi”
“Ya, Kakek akan kami belikan pesawat”
“Ah, benar – benar. Wah, kita akan punya
pesawat Umar”
Senyum itu kembali mengambang dari wajah
Kakek. Kata-kata dari cucunya yang baru berumur lima tahun itu seakan-akan
membawanya pada masa depan ketika mereka telah dewasa. Jika menyaksikan wajah
Kakek saat itu, ada keharuan, seakan dia ingin membalas.
Cucuku,
meskipun kau tidak mengatakannya, aku terus meminta agar mampu melihat kalian
dewasa dan sukses di dunia dan akhirat, seperti doa yang tersirat dalam nama
kalian. Umar dan Usman.
Termuat di harian FAJAR, Sahabat Anak 27 Juli 2014
Jumat, 25 Juli 2014
Nama Pena
Mungkin bagi sebagian orang nama pena itu tidak usah terlalu dibuat sedemikian rupa. Sederhana saja. Tapi bagiku, mencari nama pena itu sulit, hehehe. Mungkin karena aku juga sih yang pilih-pilih. Tapi, sekarang aku rasa aku memilih nama ini untuk seterusnya, semoga awet dan membawa kebaikan... ^_^
Haruka Mufarrihah. Haruka yang artinya bunga musim semi (春花). Mufarrihah yang artinya menyenangkan.
Itu sekilas tentang perubahan nama pena ku.. ^_^
Marah
Rasanya ingin aku lipat-lipat dan aku masukkan ke koper
Agar dia tak kemana-mana
Hei... apa benar kau ingin melakukannya ?
Jika bisa
Aku merasa kemarahanku telah mencapai level tertinggi
Ia bisa saja meledak di tempat tak terduga
Ah, rasanya benar aku ingin melipatnya
Kelegaan, bahagia dan berbagai alasan agar kau tak marah jelas tak sanggup kau lipat dan simpan
Kemarahan itu juga tanda bahwa kau manusia dan peka
Asal kamu bisa mengendalikannya.
Lebih baik kau bungkus amarah itu dan buang jauh-jauh
Caranya?
Wudhu-lah, sholat sunnah, relakan dan doakan
Ah, itu sulit bagaimana caraku mengatasinya jika dengan semua itu tidak berhasil
Kau pasti bisa, bayangkan saja kau akan mendapatkan sesuatu yang baik ketika menahan amarahmu.
*Entah, ada sedikit kemarahan di sana. Berusaha, aku berusaha membendung... -_-"
Agar dia tak kemana-mana
Hei... apa benar kau ingin melakukannya ?
Jika bisa
Aku merasa kemarahanku telah mencapai level tertinggi
Ia bisa saja meledak di tempat tak terduga
Ah, rasanya benar aku ingin melipatnya
Kelegaan, bahagia dan berbagai alasan agar kau tak marah jelas tak sanggup kau lipat dan simpan
Kemarahan itu juga tanda bahwa kau manusia dan peka
Asal kamu bisa mengendalikannya.
Lebih baik kau bungkus amarah itu dan buang jauh-jauh
Caranya?
Wudhu-lah, sholat sunnah, relakan dan doakan
Ah, itu sulit bagaimana caraku mengatasinya jika dengan semua itu tidak berhasil
Kau pasti bisa, bayangkan saja kau akan mendapatkan sesuatu yang baik ketika menahan amarahmu.
*Entah, ada sedikit kemarahan di sana. Berusaha, aku berusaha membendung... -_-"
Rabu, 23 Juli 2014
Tak Masalah
Ada bias gelisah di nada suaramu
Terentang rasa ingin tahu untuk mengerti apa itu
Jika bisa aku hapuskan
Jika bisa aku berikan saran
Atau...atau mungkin aku bisa membuatmu nyaman.. katakanlah
Langit malam dalam keagungannya
Aku hanya bisa menghela nafas
Aku gagal memintamu berkata-kata
Baiklah, jika gelisahmu ingin kau tutup rapat
Tak masalah, selama kau bisa membaca senyum tulus penghapus gundah
Terentang rasa ingin tahu untuk mengerti apa itu
Jika bisa aku hapuskan
Jika bisa aku berikan saran
Atau...atau mungkin aku bisa membuatmu nyaman.. katakanlah
Langit malam dalam keagungannya
Aku hanya bisa menghela nafas
Aku gagal memintamu berkata-kata
Baiklah, jika gelisahmu ingin kau tutup rapat
Tak masalah, selama kau bisa membaca senyum tulus penghapus gundah
Selasa, 22 Juli 2014
Liebster Award dari Taufiq
Tok..tok..tok…
Eh, ada
paket pertanyaan lagi rupanya, masih kaitan dengan Liebster award.
Baiklah, kali ini datangnya dari Taufiq El Sonrisa. Saya langsung paparkan saja ya. Soalnya data diri saya bisa kamu lihat disini.
Baiklah, kali ini datangnya dari Taufiq El Sonrisa. Saya langsung paparkan saja ya. Soalnya data diri saya bisa kamu lihat disini.
Okeee…
lanjut inilah jawaban saya atas pertanyaanmu, Taufiq.
1. Golongan darahnya
anda apa?
Saya bergolongan darah O
2. Jika diberikan
keesempatan untuk wisata Indonesia mau naik apa?
Pesawat dan naik andong (di Jogja)
3. Kota pertama yang
akan dikunjungi apa?
Jogja J
4. Makanan favorit?
Kalau makanan favorit ada banyak tapi
yang paling itu sate ayam, bakso dan cokelat. J
5. Satu kata yang
paling bermakna untuk anda apa? mengapa?
Keluarga. Tanpa mereka saya tidak ada
apa-apanya, mereka supporter sejati, pendengar yang baik, penasehat yang paling
tahu bagaimana pribadi saya.
6. Kalau diberikan
pilihan antara kata "hening" dan "tenang" anda akan pilih
kata yang mana?
Hening…
Di dalamnya ada rapal doa yang takkan
mampu kau dengarkan
Karena benar maksud tertuju pada-Nya
*kasih rangkai kata J
7. Hal apa yang
biasanya anda lakukan saat suntuk untuk melepas penat?
Banyak sih, baca buku, nulis, nonton
anime (hehehe), belajar masak, gangguin adik-adikku..hihihi…
8. Prinsip anda?
Berpegang teguh dan istiqomah di
jalan keimanan yang saya yakini dalam menapaki kehidupan.
9. Kapan terakhir kali
mengucapkan "terima kasih ibu" ?
Kalau sama Mama, saya cenderung mengungkapkan
“terima kasih” lewat perbuatan, misalnya makin rajin beres-beres rumah… hehehe.
Kata terima kasih kadang malu-malu saya ucapkan. Mungkin karena tidak terbiasa,
J
10. Sekiranya diberikan
kesempatan untuk mengabdikan diri dalam kehidupan sosial, anda ingin mengabdi
dibidang apa?
Pendidikan dan lingkungan hidup
11. Apa pendapat anda
tentang "sebuah senyuman" ?
Senyuman adalah tanda kehangatan dan persahabatan. Mencairkan
suasana yang kaku dan membuka jalan untuk saling mengenal. Ia juga sedekah, dan
siapa yang tidak luluh coba kalau diberi senyuman? Pasti ngga jadi marah, kan?
Oke, itulah jawaban saya.. J. Semoga tak mengecewakan.
*apa sih. Hihihi
Arigatou .. ^_^
Langganan:
Postingan (Atom)
Amanah yang Kedua
Lama tak menjumpaimu blog. Belakangan aku sibuk dengan tugas utamaku sebagai ibu dua anak. Tugasku kini bertambah, seiring dengan umurk...
-
Lama tak menjumpaimu blog. Belakangan aku sibuk dengan tugas utamaku sebagai ibu dua anak. Tugasku kini bertambah, seiring dengan umurk...
-
Desember tahun ini, jauh beda dengan Desember tahun lalu. Hal yang paling menonjol adalah, keberadaanmu dalam kehidupanku kini. Aih, kembal...
-
Menikah di usia 23 tahun, mungkin bisa dikategorikan menikah muda. Meskipun belum lapang dalam finansial tetapi keinginan untuk melindungi ...