Minggu, 26 Februari 2017

Serbuk Bahagia

Biasanya, akhir bulan seperti ini, pikiran sudah terkotak-kotak atau mungkin berputar-putar. Hmm, biasalah, ibu rumah tangga, ngga bisa kehabisan uang. Apalagi, sekarang mesti mengatur kebutuhan untuk anak juga. Masih, saya masih belajar jadi ibu rumah tangga. Setiap hari, saya berusaha ngirit berbagai kebutuhan agar pas hingga gajian. Namun, tak dipungkiri, ada saja yang mendesak dan juga butuh dana. Sampai, suatu hari kami benar-benar kehabisan. Dan , mau tak mau meminta bantuan orang tua. Maklum, mungkin gaji kami belumlah cukup, atau mungkin kami masih harus lebih irit lagi untuk kebutuhan kami. Sedih, iya. Ngga enak, iya. Tapi, apa bisa dikata. Mm, sepertinya, ngga enak juga banyak bicara. Suami, menanggapi raut wajah saya yang agak berubah,katanya agak muram. 😅 Sesekali dia membuat saya tertawa, lalu pada akhirnya bercerita soal keresahan saya. Beliau, hanya mendengarkan, tapi pastinya ia jauh lebih memikirkan itu dari pada siapapun. Kali ini, serbuk bahagia adalah obat mujarab dari gundah. Kami merasa, berkumpulnya kami sebagai keluarga adalah anugerah, meski ekonomi masih lemah, insya allah jiwa bahagia sebagai keluarga tetap sekuat baja. Suami senantiasa mengingatkan rasa syukur yang perlu kami pupuk dan tambah terus tiap saat. Semoga apa yang masih kurang dalam keluarga kami ini, bisa tercukupi ya. Aamiin ya Rabb.
 Maros, 26 Februari 2017



Minggu, 12 Februari 2017

Tentang Maaf

Satu kata ini adalah hal yang bisa saja ringan diucapkan tapi sulit diterima. Satu hal yang membuat orang lain merasa sebuah masalah bisa saja selesai atau menjadi kenangan pahit yang tak tahu kapan hilangnya.
Aku pernah memiliki kesalahan – kesalahan masa lalu yang tak mungkin untukku memaafkannya, namun paling tidak rasa sakitnya kian mereda. Ada pula yang kemudian membuatku memaafkannya perlahan, membuatnya bagai angina yang berlalu meski kadang teringat bagaimana ia melewatiku. Ada juga maaf yang kubiarkan ia lewat, menutupi rasa sedihku dan mengikhlaskannya, rasanya takkan tersimpan lagi , dan bias saja takkan teringat sampai pada akhirnya salah yang sama terulang.
Aku, menimpali semua kesalahan pada diri yang kuanggap kurang beruntung ini. Merasa aku salah langkah, keputusanku yang mungkin terburu-buru, kekecewaanku pada hal yang aku tentukan sendiri. Di sisi lain, aku ingin memiliki hal yang aku impikan , tetapi setiap perkembangan untuk mencapainya mulai terhalang, aku mulai menyalahkan diri lagi…
Harusnya mulai belajar memaafkan, mulai belajar lebih bersyukur. Kendati demikian, air mata bukanlah hal yang salah untuk dituang dalam kentalnya sakit hati dan ucapan yang merendahkan, pun untuk situasi hidup yang meghadapkan diriku untuk berkata , lagi, aku salah langkah.
Bantulah aku untuk melangkah lagi, genggam keyakinanku pada-Mu untuk akhirnya diyakini agar aku kembali tak salah. Aku hanya tahu, Engkaulah segalanya, sehingga Engkau adalah penolongku selamanya.
Dalam sujudku yang dalam, mohon bantu aku memaafkan aku dulu, kini dan yang akan datang
Maros, 12 Februari 2017

Minggu, 05 Februari 2017

Keliling Dunia

_________________
Saat ini, hari-hari saya diisi dengan berbagi ilmu bahasa Inggris kepada anak MTs ( SMP) dan MA (SMA) yang saya dapatkan dari bangku sekolah hingga kuliah. Tepatnya kini saya resmi menjadi guru, walaupun lulusan sastra Inggris 😁. Sebenar sudah tiga tahun belakangan ini saya mengajar, tapi rasa menjadi guru seutuhnya mulai sejak satu tahun belakangan 😅, selain itu saya juga ditugaskan menjadi wali kelas di kelas dua MTs.
Awalnya, saya agak canggung untuk mengajar, dan apalagi santri / siswa di sini agak kreatif soal sikap. 😅. Mereka gampang bosan, dan pada akhirnya malas mengerjakan hal yang diminta, semisal tugas hapalan kosakata bahasa Inggris yang wajib ditambah. Kadang mereka mengeluh , dan beralasan, mereka juga harus menghafal Al Qur'an, kosakata bahasa Arab dan seterusnya. Tetapi begitulah, ada yang sangat rajin dan menerima ada pula yang menangguhkan dan minta untuk mengundur waktu setoran. 😂
Hari Minggu, mereka tetap sekolah, dan saya juga memiliki jadwal mengajar di hari itu. Seperti hari ini.
Di sela- sela mereka menyalin catatan, satu dua dari mereka mulai bertanya tentang apa saja diluar pelajaran hari ini 😂.
“Ibu, sudah pernah keluar negeri?”
“Belum, tapi semoga nanti bisa” 😊
Serentak mereka mengamini.
“Kalau kuliahnya mau di lanjut, Bu?”
“Iya, mau, tapi nyari beasiswa dulu, Dek. Biayanya agak mahal soalnya, gaji ibu ngga cukup” 😂
“Semoga dapat bu”
Mereka termasuk saya sama-sama mengamini.
“Kalau ibu, memang mau kuliah dimana?”
“Di Inggris”
“Nah, saya yang benar kan? Kamu bilang ibu guru sudah mau ke Australia” seorang anak mengomentari temannya yang lain.
“Hahah, ibu juga mau ke Australia 😉.”
“Ih, ibu juga pernah bilang mau ke Jepang sama Korea” kata seorang siswi.
“Iya benar, ibu suka kedua negara itu”
“Loh, jadi ibu mau kemana sebenarnya?”
“Keliling dunia” 😁😁
“Ibu, memang mau mencapai apa di hidup ini?”
“Mau sukses dunia akhirat”
“Gimana caranya bu?”
“Belajar giat, rajin ibadah perbaiki akhlak”
“Tapi, kenapa saya belum pintar bahasa Inggris, Bu?”
“Soalnya kamu masih malas, yang rajin dong! Benar kan bu?”
Saya hanya tersenyum mengiyakan.
Hmm, tentang hari ini, sungguh banyak hal yang mereka tanyakan. Kadang saya hanya membalas seadanya saja. Lalu, pada akhirnya mereka bersorak bahagia, waktu istirahat telah tiba.
Pic from pinterest. (Kyoto, Jepang)
Minggu kedua #1minggu1cerita

Amanah yang Kedua

Lama tak menjumpaimu blog. Belakangan aku sibuk dengan tugas utamaku sebagai ibu dua anak. Tugasku kini bertambah, seiring dengan umurk...